Berita

Pers Islam Bukan Ayatisasi


Pers Islam jangan hanya dimaknai sebagai ayatisasi. karena meskipun menggunakan cara seperti itu masih ada orang yang tidak tersentuh. Maka mari kita tempelkan dengan lebih cerdas nilai-nilai Islam tersebut pada media yang kita miliki.

 Hal tersebut disampaikan Fajar Iqbal, anggota Peace and Journalism Network  selaku pemateri dalam acara Workshop Kepenulisan Jurnalistik dalam Media Islam yang mengangkat tema “The Power of Islamic Journalism”. Acara ini diselenggarakan oleh  bidang Pers dan Penerbitan Unit Kerohanian Islam Jama’ah Al-Anhar (UKI-JAA) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di gedung AR. Fakhruddin B Kampus Terpadu UMY, Minggu (2/12).

Menurut Iqbal ada banyak cara yang bisa dilakukan, walaupun tidak menyertakan ayat-ayat Al-Qur’an secara langsung tapi menampilkan kebaikan-kebaikan. “Hal itu jauh bisa lebih ditrerima oleh khalayak. Pers Islam harusnya mampu membahasakan Islam dengan bahasa yang dapat diterima oleh masyarakat secara luas. Menyampaikannya dengan penuh kearifan dengan memperbanyak aspek-aspek kultur atau budaya,” tuturnya.

Iqbal menjelaskan memaknai jurnalisme Islam tidak hanya dilakukan dari media cetak, tapi juga harus dari media online seperti youtube. “Karena saat ini media online seperti youtube itu sudah banyak diminati oleh masyarakat, dan kita harus mulai berfikir untuk mewarnai media online tersebut dengan hal-hal lain,” jelasnya.

Disamping itu, Iqbal juga menambahkan bahwa dalam hal menampilkan berita, media juga harus bisa melihat dari segala sisi.  “Misalkan saja jika berita yang diangkat adalah masalah konflik. Maka tugas reporter bukan saja mewawancara pihak yang kontra atau dari pihak pendemonstrasi, namun juga harus ada pernyataan dari pihak yang pro. Bahkan kalau perlu dari pihak korban juga diwawancara atau multi both side,”  tambahnya.


Di sisi lain, Masjidi, M.A. sekretaris Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta selaku pemateri kedua dalam acara ini menegaskan bahwa media massa saat ini sedang berada pada masa peralihan. “Media massa cetak dan elektronik mulai memperlihatkan dirinya melalui jaringan internet menuju media online. Hal ini dikarenakan semakin tahun semakin banyak orang yang mengakses internet,” tegasnya.

Hampir semua media massa cetak dan elektronik di dunia, saat ini telah memiliki versi online. “Dari sini bisa kita lihat, artinya semakin banyak orang mengakses internet, maka dunia maya ini semakin menjadi media yang menjanjikan” paparnya.

“Dan satu hal lagi yang menarik untuk kita saat ini adalah handphone yang awalnya hanya untuk sekedar mengirim dan menerima sms serta telfon, kini mulai bisa digunakan untuk mengakses internet. Segala kejadian dari seluruh dunia yang ditampilkan melalui internet kini bisa dinikmati hanya dengan mengakses internet lewat handphone” tambahnya lagi.

Muhammad Rafiqudin Ahsan, ketua panitia acara workshop menambahkan tujuan diselenggarakannya acara ini untuk mencetak kader-kader jurnalis yang dirahmati Allah “Bukan hanya cari uang, tapi juga utuk dakwah,” tambahnya.

 Acara workshop ini merupakan acara puncak dari Gebyar Pers dan Penerbitan UKI JAA UMY, yang sebelumnya telah melaksanakan perlombaan berupa lomba cerpen, desain grafis, fotografi, komik, dan feature untuk tingkat mahasiswa se-DIY.