Seminar Sosialisasi program gelar bersama yang diselenggarakan oleh Biro Kerjasama dan Urusan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang bertempat di gedung AR Fachruddin A lantai 5, pada Sab’tu (24/10) melibatkan akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI). Kedua akademisi yang bertindak menjadi pembicara di acara tersebut yaitu Prof. Dr. Basu Swastha Dharmmesta, MBA sebagai penyelenggara gelar bersama di MM UGM, Junaidi, MA sebagai pengelola gelar bersama UI. Pada kesempatan tersebut Biro Kerjasama UMY juga turut mengundang Kepala Sub-direktorat (Kasubdit) Kerjasama antar Lembaga, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Purwanto Subroto,Ph.D.
Pada kesempatan tersebut yang dihadiri oleh perwakilan fakultas, prodi, serta direktur program Internasional UMY, Prof. Basu menjelaskan bahwa istilah joint degree atau gelar bersama adalah sebuah program pendidikan bergelar yang diselenggarakan oleh dua atau lebih lembaga pendidikan yang bidang studinya berbeda. Dalam penjelasannya, contoh program joint degree pendidikan magister antara program Harvard Business School dan Harvard Law School. “Mahasiswa yang mengikuti joint degree di kedua program Havard tersebut gelar yang diberikan adalah JD atau MBA Juris Doktor atau Master in Business Administration,” jelasnya.
Prof. Basu juga menambahkan, terdapat persyaratan yang harus diikuti oleh mahasiswa yang mengambil program joint degree di Harvard Law School (HLS) dan Harvard Business School (HBS). “Hal yang utama adalah mahasiswa harus diterima di masing-masing kampus. Selama pembelajarannya, durasi maksimal 4 tahun. Pada tahun pertama mahasiswa diharuskan setahun penuh kuliah di HLS atau HBS. Selanjutnya berganti setahun penuh disalah satu HBS atau HLS. Setelah itu pada tahun ketiga dan keempat mahasiswa baru kuliah di kedua kampus tersebut,” jelasnya.
Sementara itu, Narasumber Internasionalisasi PT Indonesia, Direktorat Pembinaan Kelembagaan, Kemenristekdikti, Junaidi, MA menjelaskan bahwa permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh perguruan tinggi yaitu bagaimana agar setiap perguruan tinggi tersebut dapat berkonstribusi terhadap dunia. Masalah yang dihadapi dunia seperti masalah kemiskinan, lingkungan hidup merupakan permasalahan yang harus diperhatikan. “Dalam semua permasalahan yang ada tersebut, mahasiswa perlu memahami sehingga problem-problem yang dihadapi berdasarkan wawasan. Selain itu, ditahun 2015 ini akan menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN . Untuk menghadapi tersebut diharapkan dapat merekrut mahasiswa dalam program gelar bersama untuk membangun potensi yang ada,” jelasnya.
Junaidi menambahkan, terdapat 6.500 institusi dan 12 juta mahasiswa di ASEAN ini yang akan memberikan dampak positif apabila mahasiswa mau berkolaborasi dalam gelar bersama. Hal ini karena pendidikan yang tinggi akan lebih memainkan peranan penting untuk menumbuhkan ekonomi. “Kolaborasi mahasiswa yang ikut andil dalam gelar bersama tersebut akan meningkatkan kompetisi di setiap institusi perguruan tinggi tersebut. selain itu akan berdampak baik di bidang sosial, seperti perubahan demografis, teknologi, ekonomi, lingkungan, serta berdampak baik untuk kepemimpinan kampus itu sendiri,” ungkapnya.
Implementasi program joint degree tersebut merupakan tahap awal untuk mencapai kelas Internasional. Junaidi menjelaskan, Internasionalisasi merupakan salah satu cara untuk memperkuat pengembangan pendidikan dan penelitian serta meningkatkan kualitas universitas melalui hubungan Internasional dan kerjasama Internasional dalam berbagai cara. “Program internasionalisasi ini berarti merekrut mahasiswa yang membayar dan pada gilirannya meningkatkan pemasukan universitas. Dalam Internasionalisasi tersebut mencakup seluruh institusi, staff, mahasiswa, dan melibatkan berbagai instrument seperti mobilitas, pengembangan kurikulum dan internasionalisasi didalam kampus,”jelasnya.
Junaidi kembali menjelaskan, terdapat lima komponen dalam internasionalisasi perguruan tinggi. Diantaranya yaitu global education, aliansi global dan jaringan. Maksud dari aliansi global dan jaringan yaitu harus memiliki jaringan kerjasama yang luas, baik dalam skala nasional maupun internasional. Selain itu, program untuk merekrut mahasiswa asing. Selanjutnya yaitu menambah kesempatan kerjasama serta memberikan sistem bisnis dan administrasi.
Di samping itu, Purwanto Subroto, Ph.D menyampaikan, program joint degree pada prinsipnya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sebuah lembaga institusi perguruan tinggi. Untuk melaksanakan program tersebut, setiap perguruan tinggi wajib melakukan diskusi maupun pembentukan kerjasama yang menghasilkan Memorandum of Understanding (MoU). Untuk pengembangan Universitas tersebut, Purwanto menambahkan kegiatan kerjasama perguruan tinggi dan mahasiswa asing akan menjadi salah satu informasi atau variable yang digunakan. “Perluasan peluang kerjasama Perguruan Tinggi dapat dilalui dalam mempomosikan PT dan menjaring calon mahasiswa asing ke Indonesia melalui kegiatan seperti Indonesia Higher Education Expo (IHEE) yang telah dilakukan sejak tahun 2012,” imbuhnya. (Hevi)