Prestasi membanggakan kembali ditorehkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Tiga mahasiswa Teknik Elektro yang tergabung dalam tim REV-GAARDAN ini berhasil meraih Juara Desain Terbaik pada gala Kompetisi Muatan Roket dan Roket Indonesia (Komurindo) dan Kompetisi Muatan Balon Atmosfer (Kombat) 2015, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berserta Kemernterian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), pada 2 hingga 4 Agustus yang lalu, di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Tim yang digawangi oleh Galuh Fierga S, M. Purnama Ardhi dan Dany Dwi Jaka S ini, berhasil membawa pulang juara tersebut pada kategori Desain Terbaik Kombat 2015.
Menurut Galuh Fierga S, selaku ketua tim mengaku tidak menyangka akan mendapatkan juara pada kategori Desain Terbaik. Selain karena lawan mereka yang juga cukup berat, desain-desain Kombat yang dimiliki universitas lainnya juga tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan milik mereka. Bahkan tim juri pun memberi julukan khusus pada desain mereka. “Karena desain antena kami yang paling besar diantara yang lainnya, jadi tim juri mengatakan kalau antena kami ini adalah antena maut,” ujar Galuh. Namun nampaknya, ‘antena maut’ itulah yang bisa membawa mereka meraih juara pada kategori desain terbaik Kombat 2015 tersebut.
Walaupun secara mendasar, menurut Galuh, mereka tidak mengetahui apa saja penilaian para juri sehingga menempatkan mereka sebagai juara desain terbaik. Tapi ketiganya menilai bahwa ada faktor tertentu yang menjadikan mereka sebagai juara desain terbaik. “Kami sebenarnya juga tidak mengetahui apa saja penilaian dari juri untuk kategori desain terbaik ini. Mungkin karena selain kami memiliki desain antena yang paling besar dan unik, kami juga berhasil mengambil foto udara sebanyak empat ratus gambar. Dan tim yang berhasil mengambil foto udara ini ternyata menurut para juri tidak banyak, dari 14 tim yang berhasil menerbangkan balon udaranya, hanya beberapa saja yang bisa mengambil foto udara dan menyimpannya secara otomatis pada sistem penerima yang ada di bawah,” ungkapnya.
Penghargaan yang diraih ketiganya tersebut rupanya juga tidak lepas dari usaha mereka selama enam bulan persiapan. Selain itu, perjuangan dari tim yang pernah berhasil menerbangkan balonnya hingga ketinggian maksimum 23 sampai 29 km pada ajang Komurindo-Kombat 2014 ini, juga tidak lepas dari berbagai kendala. “Sebelum berangkat dari kampus, kami mengalami kendala transportasi. Karena barang-barang yang kami bawa itu besar-besar dan tidak memungkinkan bagi kami untuk pergi ke lokasi lomba hanya dengan mengandalkan kendaraan umum biasanya. Jadi satu-satunya cara adalah dengan menyewa mobil sendiri. Tidak hanya itu, saat perlombaan berlangsung, GPS yang kami pasang di muatan balon udaranya ternyata mati pada pertengahan lomba. Saat itu, kami bahkan sempat berpikir kalau muatan kami itu tidak bisa turun lagi, karena GPSnya mati dan kami kehilangan kontak. Tapi ternyata akhirnya muatan kami itu mulai terlihat lagi dan bisa turun. Mungkin kalau GPSnya tidak mati, kami juga memiliki kesempatan untuk berada di peringkat tiga besar,” jelas Galuh lagi.
Namun Galuh beserta kedua temannya pun tetap bersyukur dengan ditetapkannya mereka sebagai juara dengan Desain Terbaik pada Kompat 2015. Sebab menurut ketiganya, itu adalah hasil dari jerih payah dan perjuangan yang telah mereka lakukan dalam mengikuti perlombaan tersebut. Untuk itulah, ketiganya berharap bisa melakukan yang terbaik lagi untuk ke depannya. “Perlombaan ini sangat berarti bagi kami, terlebih lagi dengan pengalaman yang kami temui selama mengikuti perlombaan ini, dari mulai persiapannya hingga memasuki perlombaan. Pengalaman yang kami dapatkan itu jauh lebih berharga juga. Untuk itu kami berharap ke depannya, adik-adik angkatan kami bisa melakukan yang lebih baik lagi ke depannya. Agar bukan hanya juara desain terbaik saja yang akan didapatkan, tapi kalau bisa juga menjadi juara pertama,” tutupnya.