Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat saat ini petani di Indonesia hanya berjumlah 26 juta orang, dari sebelumnya yang berjumlah 31 juta orang pada tahun 2003. Penurunan jumlah petani tersebut salah satunya dikarenakan hasil panen yang tidak bisa mereka peroleh secara maksimal, sehingga mereka memutuskan untuk beralih profesi. Sementara itu, penurunan hasil panen yang terjadi juga diakibatkan oleh penggunaan pestisida yang tidak terkontrol.
Karena itulah dibutuhkan solusi lain agar hasil panen bisa tetap meningkat, tanpa banyak menggunakan pestisida. Sebagaimana yang disarankan oleh ahli pertanian dari Jepang, Prof. Satoru Sato, dosen Yamagata University, Jepang dalam kuliah umum yang bertajuk “Current Situationand Future Prospect of Agriculture in Japan : From an Ecologist Point of View”, Senin (20/11). Dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FP-UMY) ini, Prof. Satoru menyarankan agar para petani di Indonesia mengurangi penggunaan pestisida pada tanaman mereka, khususnya dalam bertani padi, dan kembali menggunakan hewan atau segala sesuatu yang berasal dari alam seperti siput.
“Salah satu yang menjadi kendala mengapa jumlah petani di Indonesia ini menurun, saya kira ini dikarenakan penghasilan yang didapatkan dari bertani tidaklah banyak. Sama seperti di Jepang, penurunan jumlah petani salah satunya juga karena hasil yang didapatkan dari bertani tidak cukup. Karena itu saya menawarkan sebuah solusi yakni dengan penggunaan siput dalam proses pertanian, salah satunya pertanian padi,” jelas Prof. Satoru.
Prof. Satoru juga memaparkan bahwa solusi yang diberikannya tersebut juga merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukannya di Jepang. “Penelitian menunjukan bahwasanya lahan pertanian padi yang di dalamnya terdapat siput mempunyai kondisi tanah yang cukup subur dan kondisi air yang bersih, dibandingkan dengan lahan yang tidak terdapat siput di dalamnya. Kondisi tanah yang tidak ada siput di dalamnya, memiliki karakteristik yang kurang baik dan terdapat lumut pada kondisi airnya. Sedangkan kondisi tanaman padi yang ditemani siput, sangat terlihat berbeda dari mulai warna daun yang lebih segar hingga biji padi yang lebih rimbun. Hasil pertaniannya juga lebih meningkat walaupun belum memenuhi target konsumsi yang dibutuhkan,” paparnya.
Prof. Satoru juga mengatakan bahwa dirinya sempat mengunjungi beberapa petani di Indonesia. Dari kunjungannya Prof. Satoru menyimpulkan bahwa bertani menggunakan teknik organik mampu mengubah kehidupan para petani tersebut. “Ternyata hasil dari penerapan teknik ini memiliki kesamaan dengan Indonesia. Sama-sama bisa mengubah kehidupan dari sang petani sendiri,” tambahnya
Akan tetapi diakui Satoru, untuk menarik minat para petani agar berganti ke teknik ini tidaklah mudah. Petani akan percaya bila dapat melihat proses bertani dengan penggunaan siput tersebut secara langsung, karena tidak mau menanggung kerugian. “Yang bisa dilakukan adalah memberikan sosialisasi kepada para petani tentang hasil dari penelitian ini, sehingga masyarakat bisa sedikit demi sedikit beralih kepada teknik bertani organik,” imbuhnya. (zaki)