Berita

Peduli isu pendidikan, Mahasiswi UMY jadi peserta Global Xchange ke Inggris

Mahasiswi International Class, Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik–Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FISIPOL – UMY), Mazia Rizqi Izzatika, terpilih sebagai peserta Global Xchange “Youth Active in Community”2010 yang diselenggarakan oleh British Council bekerja sama dengan VSO (Volunteer Service Overseas) dan Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM

Mahasiswi International Class, Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik–Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FISIPOL – UMY), Mazia Rizqi Izzatika, terpilih sebagai peserta Global Xchange “Youth Active in Community”2010 yang diselenggarakan oleh British Council bekerja sama dengan VSO (Volunteer Service Overseas) dan Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM.

Menurut Mazia, program Global Xchange yang tahun ini mengangkat tema Employment and Access to Education merupakan ajang pertukaran relawan internasional berusia 18-25 dari berbagai Negara budaya untuk aktif dalam komunitasnya dan memberikan pesertanya kesempatan berkerja sama, mengembangkan, dan saling bertukar ketrampilan, serta memberikan kontribusi praktis yang diperlukan oleh suatu komunitas tertentu dan masyarakat lokal. “Selama empat bulan relawan dari Indonesia akan tinggal dan berkerja sama dengan relawan dari Inggris secara berpasangan. Untuk tahun ini, tuan rumah bertempat di Kota Yogyakarta (Indonesia) dan Luton (Inggris),” jelasnya di Kampus Terpadu UMY, Jumat (16/4).

Program yang memasangkan kedua relawan beda negara dan budaya tersebut dilakukan British Council untuk memberikan cerminan mengenai perbedaan dari lingkup geografis, kesukuan, kemampuan, pendidikan, dan gender. Melalui program ini, setiap relawan akan ditempatkan di Yogyakarta pada bulan April hingga Juni 2010 yang kemudian dilanjutkan di kota Luton hingga bulan Agustus mendatang.

Ia memaparkan, dipilihnya tema Employment and Access to Education lantaran berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini memang diarahkan kepada pengembangan potensi kedaerahan kedua tuan rumah, yaitu Yogyakarta dan Luton.

Sementara itu, Mazia sendiri mengakui, dirinya menitikberatkan terhadap isu pendidikan mengingat kondisi saat ini masih banyak permasalahan yang dihadapi dalam bidang tersebut. “Hal ini dapat terlihat dengan adanya komersialisasi pendidikan, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, termasuk kurangnya kepercayaan diri sumber daya manusia yang ada di Yogyakarta untuk berkompetensi di dunia Internasional, padahal  kota ini telah lama dikenal sebagai Kota Pelajar,” ujarnya.

Mazia menambahkan jika program ini tidak sekadar sangat membantu mempromosikan budaya lokal, khususnya budaya Yogyakarta pada Negara lain, namun juga mengembangkan potensi-pontensi lokal dengan adanya kerjasama para relawan baik dari Yogyakarta maupun Luton yang bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dari daerahnya.

Ia berharap, dengan keikutsertaannya pada program ini, dirinya mendapatkan mendapatkan lebih banyak pengalaman dengan berkerja disuatu komunitas, terutama di Negara lain yang tentunya memiliki budaya dan bahasa yang berbeda. “Selain itu, budaya –budaya positif yang sudah saya pelajari dari mereka dapat saya ambil manfaat dan kembangkan keterampilan kedaerahannya yang kemudian nilai – nilai positif itu bisa saya terapkan ketika saya kembali ke komunitas saya sebagai kontribusi positif,“ tandas Mazia.

Share This Post

Berita Terkini