Penyakit tropis yang meliputi malaria, Tubercolosis (TBC), dan Demam Berdarah (DB) merupakan penyakit yang sering terjadi di Indonesia. Namun, tidak menutup kemungkinan negara lain juga terjangkit atau tersebar penyakit tropis. Salah satunya Arab dengan banyaknya kasus penyakit malaria, sementara Korea Selatan, penyakit TBC menjadi penyakit yang jumlah populasinya banyak. “Untuk penyakit tropis di daerah Bantul ini memang tidak banyak kasus malaria, tapi kasus yang sering ditemui disini adalah DB dan TBC. Untuk kasus malaria mungkin akan mudah kita temui di daerah Kulon Progo, “ jelas dr. H. Tri Widjaja S.Ked saat memberikan materi kepada peserta International Tropical Medicine Summer School (ITMSS) 2015 ketika melakukan kunjungan ke RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta, pada Rabu (19/8).
dr. Tri melanjutkan, bahwa penyakit TB (Tuberkulosis) atau yang sering disebut TBC ini merupakan penyakit tertua pada manusia. Bahkan TB ini merupakan penyakit pembunuh global karena sangat menular, jumlah kematian akibat TB ini bersaing dengan HIV/ AIDS, tak heran jika penyakit ini menjadi perhatian di dunia. “TB ini tidak memandang usia dan kelamin saat menyerang, bahkan menurut penelitian jumlah perempuan yang terserang TB sangat banyak, bahkan setengahnya meninggal akibat TB. TB terjadi karena adanya infeksi pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, “ lanjutnya.
Untuk menanggulangi itu semua, menurut dr. Tri, WHO (World Health Organization) memiliki program “A World Free Of TB”, program tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang bahaya dan dampak dari TBC. “Program-program yang dicanangkan oleh WHO ini ada beberapa poin, antara lain: memberikan DOTS (Directly Observed Treatment, Short-Course) yang berkualitas, memenuhi kebutuhan TB-HIV dan MDR-TB untuk masyarakat yang kurang mampu/miskin, berkontribusi dalam memperkuat sistem kesehatan, terlibat dalam menyediakan pelayanan, memberdayakan masyarakat yang terserang TBC, dan memperluas jaringan dalam penelitian, “ paparnya.
Dr. Tri menjelaskan bahwa ada dua jenis TB yaitu infeksi TB dan penyakit TB, diantaranya memiliki perbedaan. TB infeksi adalah di mana kuman TBC tinggal di paru-paru, namun mereka tidak bertambah banyak dan tidak membuat anda bertambah sakit, hal yang terpenting bahwa infeksi TBC ini tidak dapat menularkan ke orang lain. Sedangkan penyakit TBC adalah di mana kuman TBC tinggal di paru-paru dan dapat pindah ke bagian tubuh lainnya, selain itu jenis ini dapat memberikan dampak sakit, selain itu penyakit TBC ini dapat menularkan ke orang lain.
Adapun gejala-gejala yang akan ditemui dalam penyakit TBC ini, antara lain mengalami demam namun tidak terlalu tinggi yang hilang timbul. Gejala utama yang ditemui adalah batuk terus menerus yang dapat disertai darah dan dahak selama lebih dari 3 minggu dan biasanya disertai sesak napas dan nyeri pada dada. “Gejala lain yang mendukung adalah penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, demam/ meriang, dan berkeringat pada malam hari tanpa sebab, “ imbuhnya.
Dr. Tri kembali menjelaskan bahwa, untuk infeksi ini dapat diobati dengan minum obat, biasanya untuk pengobatan dengan minum obat ini berlangsung selama 4-9 bulan. “Namun, ketika seseorang sudah terinfeksi TB tapi tidak segera diobati maka TB akan menjadi penyakit TB. Jika sudah menjadi penyakit TB akan lebih sulit dalam pengobatannya dan lebih sulit lagi. Bagi pasien yang terserang TBC ini harus memiliki kedisiplinan dalam melakukan pengobatan. Misalnya kedisiplinan pasien untuk minum obat dan kedisiplinan pasien untuk kontrol ke dokter, karena dengan kedisiplinan pasien akan mudah untuk bisa sembuh total, “ jelasnya.
Kunjungan yang dilakukan kali ini bagi peserta ITMSS bukan hanya sekedar pemberian materi saja namun, peserta diizinkan untuk mendiagnosis secara langsung pasien di RSUD Panembahan Senopati Bantul. “RSUD ini merupakan rumah sakit neegri yang berada di bawah pemerintah, khususnya di daerah Bantul. Seperti yang kita ketahui bahwa rumah sakit di Indonesia ini dibagi menjadi beberapa kelas, untuk RSUD Panembahan ini termasuk dalam kelas B pendidikan, jadi secara tidak langsung kita berhubungan dengan UMY untuk masalah pendidikan, “ jelas Dr. Iwan selaku Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Dr. Iwan berharap para peserta dapat menikmati acara ini dan dapat menikmati kunjungan di rumah sakit ini khususnya di Bantul. ” Selain itu saya berharap para peserta bisa menikmati budaya, seperti wisata, peninggalan sejarah, dan hiburan-hiburan lainnya yang dapat memberikan kenikamatan tersendiri saat berkunjung di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Semoga kita bisa melakukan kunjungan balasan ke beberapa negara yang peserta ITMSS tinggali,“ harapnya. (ica)