Keputusan besar yang dilakukan panitia ABU untuk memilih Indonesia sebagai tuan rumah bukan hal yang main-main. Keputusan itu menjadi hal yang baik bagi Indonesia karena diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan Kompetisi Robocon. Bukan hanya itu saja, bahkan kompetisi ini terdiri dari berbagai macam negara. “Indonesia sendiri sebelumnya ditawarkan menjadi tuan rumah sejak tahun 2013, tawarannya untuk melaksanakan ABU Robocon di tahun 2015. Itu menjadi keputusan yang besar, dan akhirnya kami mengambil kesempatan itu. Tahun 2013 kita ajukan proposal dan kemudian di seleksi oleh pihak ABU dan pihak Jepang, “ jelas Dr. Ir. Endra Pitowarno, M.Eng selaku ketua Juri Robocon 2015 saat di wawancarai pada hari Jumat (21/8) di Sportorium.
Bukan perjalanan yang mudah, terang Dr. Endra, bahwa dalam pengajuan proposal tersebut pihaknya mengajukan 3 proposal. “Ketika itu saya dan Ir. Wahidin Wahab, M.Sc., Ph.D yang mengajukan proposal, yang dua saya dan yang satunya Pak Wahidin. Setelah di ajukan, kemudian dirapatkan dan ternyata pihak Jepang tertarik pada proposal yang saya buat yaitu dengan tema “Robominton”. Pembuatan proposal itu pun saya buat selama 2 bulan dimulai dari September sampai November. Jadi kalau ditotal persiapan dari pengajuan proposal sampai persiapannya sudah hampir 2 tahun persiapan yang dilakukan,“ terangnya.
Ada kesulitan dan dinamika tersendiri, menurut Dr. Endra, yang dirasakan saat Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah, apalagi pelaksanaannya diputuskan untuk diselenggarakan di Yogyakarta dan bertepatan di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). “Karena posisi saya menjadi Chairman atau Ketua Umum jadi ya tugasnya lebih berat. Saya di sini bukan hanya menjadi juri saja tapi tugas saya juga memberikan koordinasi dalam tingkat Internasional. Agak berat karena saya harus berkoordinasi dengan 3 tubuh, yaitu pada sisi Juri, UMY, dan Dikti, “ jelasnya.
Namun, lanjutnya, meskipun berat tapi ia menganggap itu adalah sebuah dinamika. “Hal tersebut ibaratkan dalam sebuah orchestra, instrumennya terkadang berbeda-beda. Jadi itu adalah sebuah dinamika. Yang terpenting Indonesia perlu belajar untuk membuat atau mengatur sebuah teamwork yang lebih besar,“ lanjutnya tegas.
Dr. Endra kembali melanjutkan, dunia robot ini sudah berlangsung sejak lama di dunia, jika dibandingkan dengan pelaksanaan yang ada di India dan Indonesia jelas berbeda. “ Saya sendiri sudah berkecimpung dari tahun 1991, kalau ditotal sudah 24 tahun saya terlibat dalam kompetisi Robot. Kalau sebelumnya di India saya kan hanya menjadi tamu jadi lebih ringan, kalau yang sekarang lebih berat karena banyak hal yang harus dikerjakan. Bahkan, dalam penyempurnaan proposal saja membutuhkan waktu lama karena harus ada revisi untuk penyempurnaannya,“ jelasnya.
Karena itu, untuk meringankan penyelenggaraan kontes ABU Robocon 2015 ini, maka dalam hal ini bukan hanya pihak juri saja menurut Dr. Endra yang terlibat, tapi semua elemen ikut terlibat pula dalam hal penilaian, khususnya wasit. “Saya berharap acara ini bisa running well, saya tetap optimis acara ini akan berlangsung dengan baik dan lancar. Sampai saat ini persiapan yang akan dipertajam tentang keamanan pada dinding pembatas agar lebih aman, dan akan ada beberapa uji coba yang akan dilakukan,“ ujarnya.