Berita

APTI Ajang Peningkatan Lulusan Teknik Berkeahlian

img_0127

Lulusan teknik yang diserap menjadi insinyur dalam dunia kerja saat ini masih tergolong rendah. Hal tersebut dikarenakan para sarjana teknik tersebut tidak banyak yang mengantongi sertifikat keahlian dan tidak melanjutkan studinya hingga jenjang profesi. Untuk itulah dibutuhkan suatu wadah bagi para lulusan teknik tersebut, untuk bisa meningkatkan keahliannya agar bisa terserap oleh dunia kerja.

Salah satu wadah yang bisa dijadikan oleh para lulusan teknik tersebut yakni Asosiasi Profesi Teknik Indonesia (APTI). Sebagaimana disampaikan oleh Ketua APTI Pusat sekaligus Pendiri APTI, Sri Sunarjono saat menjelaskan terkait sosialisasi pembentukan APTI DIY, Selasa (14/10) di Ruang Stadium General F4, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Menurutnya, APTI bisa menjadi salah satu ajang untuk meningkatkan keahlian bagi lulusan teknik.

“Salah satu tugas asosiasi yaitu diberikannya hak untuk melakukan verifikasi dan validasi bagi yang mau mengajukan keahlian. Biasanya ketika asosiasi mengadakan workshop, modul yang disampaikan tidak dimasukkan ke dalam kurikulum perkuliahan. Ini menjadikan mahasiswa tidak mengantongi keahlian seperti ketika disampaikan pada saat workshop,” papar Sri dalam forum Musyawarah Cabang APTI DIY yang bertajuk “APTI Berbakti untuk Negeri.”

Dalam forum yang diselenggarakan oleh UMY selaku tuan rumah, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), serta Universitas Aisyiyah (UNISA) ini, Sri mengatakan lebih lanjut bahwa hitungan jumlah insinyur di Indonesia masih sangat rendah. Kondisi ini lantas menjadikan APTI agar bisa bersinergi meningkatkan lulusan teknik yang berkualitas maupun berkuantitas. “Meningkatkan kualitas dan mendorong kuantitas menjadi program kerja APTI. Dalam kuantitas, APTI tergerak untuk meningkatkan jumlah anggota, cabang APTI, perwakilan perguruan tinggi, profesi, sarjana teknik, jumlah insinyur yang teregistrasi maupun jumlah yang layak mendapatkan sertifikasi keahlian. Sementara dalam peningkatan kualitas yaitu dengan cara meningkatkan profesionalisme anggota melalui berbagai pelatihan,” jelasnya.

Dosen prodi Teknik Sipil tersebut kembali menambahkan, dalam meningkatkan keahlian para sarjana teknik, perlu mengedepankan kode etik yang saat ini sulit untuk diterapkan. “Kami masih prihatin, walaupun di Indonesia ini pemerintah telah mencanangkan program anti korupsi. Namun aktivitas-aktivitas yang disusupi korupsi masih ada di sekitar kita. Untuk kode etik APTI dikaitkan pada masalah tauhid, namun redaksi tidak terlalu terlihat. Ini menjadi salah satu hal fundamental bagi APTI sebagai pangkal dasar akhlak yang dimiliki oleh anggota APTI,” tambahnya.

Sementara itu Dekan Fakultas Teknik UMY serta Ketua APTI DIY, Jazaul Ikhsan mengatakan bahwa APTI menjadi sarana untuk mensinergikan dunia pendidikan dan dunia kerja. Terlebih para lulusan teknik perlu memiliki keahlian dalam memasuki dunia kerja. “Forum ini yang pada mulanya merupakan forum grup diskusi yang dibentuk oleh dosen-dosen fakultas teknik Perguruan Tinggi Muhammadiyah, ditujukan untuk melatih para lulusan teknik menuju dunia kerja maupun menambahkan tenaga ahli. Ini artinya asosiasi ini sebagai penjembatan bagi para lulusan maupun bagi calon insinyur untuk mendapatkan STIR (Surat Tanda Registrasi Insinyur,red) maupun SKA bagi yang telah menjadi insinyur,”tandasnya.

“Mudah-mudahan dengan adanya APTI ini sinergi dunia pendidikan dan dunia kerja semakin terjalin, tanpa terlepas dari Persatuan Insinyur Indonesia. Selain itu mendorong profesionalitas sumber daya manusia dalam penguasaan, pengembangan sesuai kebutuhan kompetensi tenaga ahli teknik,” harap Jazaul. (hv)