Perguruan tinggi – perguruan tinggi di Indonesia, jika ingin menjadi perguruan tinggi bertingkat internasional jangan hanya memfokuskan dirinya pada pemeringkatan universitas. Pemeringkatan itu bukan menjadi jalan bagi mereka untuk menjadi perguruan tinggi berkelas internasional. Sebab pemeringkatan itu bisa jadi racun bagi perguruan tinggi, karena indikatornya yang naik turun. Selain itu, para stake holder universitas akan disibukkan dengan memfokuskan dirinya hanya untuk meningkatkan peringkatnya, akibatnya energi terkuras, dan publikasi serta proses pendidikannya bisa terhambat.
Demikian pemaparan Dr. BM. Purwanto, MBA., reviewer dari The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) International, dalam seminar bertajuk “Membangun Fondasi dan Kapabilitas Menuju Perguruan Tinggi Berkualitas Internasional”, di Ruang Sidang Utama Gedung AR. Fakhruddin A lantai 5, Jum’at (20/9). Seminar ini digagas oleh Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan dihadiri oleh pejabat struktural universitas serta dekan dan dosen dari masing-masing fakultas di UMY.
Menurut Purwanto, jika sebuah perguruan tinggi ingin memiliki kapabilitas internasional harus memastikan terlebih dahulu, apakah mereka peduli dengan akreditasi atau pemeringkatan. “Akreditasinya dari lembaga mana dulu, dan kalau pemeringkatan apakah itu visionable atau tidak? Karena pemeringkatan itu sama halnya seperti sistem pemasaran dalam bidang ekonomi. Indikasinya naik turun, dan akibatnya akan seperti yang saya katakan tadi,” paparnya.
Karena itu, lanjutnya, yang perlu dirumuskan pertama kali untuk menjadi World Class University adalah pada level manakah perguruan tinggi tersebut akan bermain. “Kalau bisa bermain di tingkat Asia Tenggara, itu sudah cukup mewakili kita untuk bermain di tingkat internasional. Kedua, adalah bagaimana cara kita bermain di sana dan apa yang akan kita unggulkan? Apakah dari segi jaringannya, penelitiannya, atau pendidikannya. Dan ketiga, bagaimana jalan menuju ke sana (world class-red)? Hal ini bisa dilakukan dengan membuat rencana akreditasi dan progressive plan. Mampukah akreditasi itu membuat perubahan pada universitas, dan apakah universitas itu akan lebih maju,” ujar Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UGM ini lagi.
Bambang juga berharap agar seminar ini dapat menjadi langkah awal bagi UMY untuk melangkah ke tingkat internasional. “UMY memang masih jauh dari World Class University, tapi saya berharap seminar ini menjadi langkah awal bagi kita untuk melangkah ke sana. Magister Manajemen UMY juga sudah mulai banyak mengundang dosen-dosen dari luar, dan semoga ini juga menjadi langkah awal kita,” ungkapnya. (addhuhry)