UMY terus berupaya menguatkan kerjasama dengan negara-negara luar, salah satunya dengan Jerman. Penguatan kerjasama ini dilakukan oleh UMY melalui jalur pendidikan. Tak hanya itu, penguatan kerjasama ini tentunya juga akan semakin memberikan manfaat pada negara Jerman dan Indonesia.
Adapun bentuk dari penguatan kerjasama tersebut berupa workshop yang bertemakan “Strategic Gender Management for Institutions of Higher Education in Indonesia”. Workshop ini diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Pembiayaan Pendidikan Jerman/German Academic Exchange Service (DDAD), UMY dan Universitas Kristen Indonesia (UKI). Acara yang telah berlangsung pada 9 hingga 13 November yang lalu ini bertempat di UKI-Jakarta.
Firly Annisa, MA, selaku Asisten Dosen Magister Ilmu Pemerintahan UMY mengungkapkan bahwa diselenggarakannya acara tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan penguatan bagi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia terkait isu kesetaraan gender. Penguatan kebijakan lembaga pendidikan yang berprespektif gender, menurutnya sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan kampus yang progresif, ramah terhadap perempuan, anak dan kaum berkebutuhan khusus.
“Dan salah satu cara untuk mendorong lingkungan kampus agar berprespektif gender adalah dengan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin unit kerja, kepala prodi, dekan atau menjadi pemimpin institusi pendidikan, yaitu Rektor. Untuk itulah kami mengadakan workshop ini, untuk memberikan pengetahuan dan penguatan bagi PT di Indonesia terkait isu kesetaraan gender. Selain itu, juga untuk menguatkan kerjasama antara Jerman dan Indonesia. Karena kami mengadakan acara ini juga bekerjasama dengan lembaga pendidikan Jerman,” ungkap Firly, melalui rilis yang diterima BHP UMY pada Sabtu (21/11).
Firly juga menjelaskan, bahwa salah satu narasumber workshop yakni Dr. Brita Thege, yang juga merupakan dosen Sosiologi Fachhochshulle Kiel menyatakan, penguatan kapasitas perempuan serta networking sangat diperlukan untuk mendukung tercapainya kepemimpinan perempuan yang progresif. Menurut Dr. Brita, lingkungan kampus juga seharusnya lebih mudah menerima ide-ide kepemimpinan perempuan karena sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berpikiran terbuka, isu gender seharusnya menjadi salah satu prioritas untuk dilakukan. “Dalam pemaparannya, Dr. Brita juga menyampaikan, lembaga pendidikan selanjutnya diharapkan menjadi tempat yang tepat dalam mengembangkan isu kesetaraan perempuan yang menjunjung nilai-nilai hak asasi manusia. Kesetaraan dalam pandangan hak asasi manusia juga harus selalu dikampanyekan oleh kampus berbasis agama seperti UMY dan UKI,” jelas Firly lagi.
Firly pun menambahkan, bahwa nilai-nilai agama yang menjunjung hak-hak asasi manusia dapat menjadi peluang terbukanya kesempatan perempuan untuk memimpin dan berperan penting dalam pengambil kebijakan sebuah kampus. Karena itulah, menurut Firly, sebagai tindak lanjut penguatan Gender Mainstreaming di lembaga pendidikan Indonesia maka workshop berikutnya akan diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada bulan Maret tahun 2016. “Adapun peserta workshop yang kami targetkan adalah para alumni, dosen dan peneliti, serta penerima berbagai beasiswa DAAD Jerman dan dosen yang termasuk dalam kegiatan Indostaff-Network,” tutupnya.