Dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Muslim radhiallahu’anhu menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Bacalah Al Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa’at bagi penganutnya”. Hadits tersebut juga diungkapkan kembali oleh Syeikh Abdul Karim Al-Yamani saat memberikan ceramah pada tabligh akbar, Sabtu (11/3) di Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pada pemaparannya tersebut, Syeikh Abdul mengatakan bahwa Allah akan memberikan pertolongan di hari akhir nanti jika menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup.
“Saat ini telah banyak umat Islam yang disibukkan dengan sosial media, namun sudah lalai terhadap kitab suci Al Qur’an. Jika kita melihat sosial media, seperti facebook, watshapp, seakan-akan waktu yang dipergunakan hingga berjam-jam tidak terasa. Berbeda dengan membaca Al Qur’an yang terasa sangat berat. Jika kita mengetahui untuk menjadi ahli surga, salah satunya yaitu mampu menjadi ahlul Qur’an. Dengan menjadi ahlul Qur’an ini menjadi bukti kecintaan kita kepada Allah,” ungkap Ulama dari Yaman sekaligus pengajar Pondok Tahfidz Isykarimah di hadapan para mahasiswa UMY tersebut.
Pada penyampaiannya Syeikh Abdul Karim menggambarkan bahwa banyaknya umat Islam saat ini yang melalaikan keutamaan membaca Al Qur’an. Kelalaian inilah yang akan mendatangkan bencana di dunia maupun akhirat nanti. “Marilah kita segera instropeksi diri, yaitu dengan menyibukkan diri kita dengan Al Qur’an minimal 1 juz setiap hari jika mampu. Jika tidak mampu bacalah setengah juz, atau beberapa ayat saja di tengah kesibukan. Sebab dengan ini akan mendapatkan manfaat yang sangat besar, seperti mendapatkan syafaat di yaumul akhir. Terlebih bagi siapapun yang mau menghafal Al Qur’an, Allah SWT akan memberikan mahkota dan baju istimewa, serta di dalam kubur akan diterangi cahaya-Nya. Itulah keutamaan bagi mereka yang bersahabat dengan Al Qur’an,” ujarnya.
Syeikh Abdul Karim melanjutkan, agar konsisten bersahabat dengan Al Qur’an, maka harus mengesampingkan sosial media. Apabila hal tersebut dilakukan secara berkelanjutan, akan memberikan dampak yang baik. “Ibaratkan kita memiliki handphone baru, pasti akan hati-hati dan selalu dibawa. Coba kita ganti handphone yang sering dibawa itu dengan Al Qur’an, dan coba juga lakukan hanya 10 menit saja meninggalkan berbagai sosial media itu, dan digantikan dengan membaca Al Qur’an. Jika melakukannya sangat sulit, itu artinya hati kita telah keras menerima Al Qur’an. Seandainya nanti kita mati, sosial media itu tidak memberikan faedah. Mulailah berpikir bagaimana ketika nanti kita mati? Dan siapa yang akan menjadi penolong serta cahaya dalam kubur?,” ungkapnya.
Tabligh Akbar yang diawali dengan sima’an hafalan tersebut merupakan agenda yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) UMY, sebagai pembuka seleksi Musabaqah Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) 2017, di Malang. “Acara ini menjadi titik hubung kita semua untuk kembali membentuk semboyan UMY yaitu generasi yang unggul dan berjiwa qur’ani. Sehingga kami harap dari langkah awal yang kami persembahkan kepada seluruh civitas akademika UMY ini melalui tabligh akbar dan sima’an hafalan oleh kawan-kawan kami di Lembaga Al Qur’an UMY yang pernah menjuarai di berbagai ajang musabaqah qur’an tingkat daerah maupun nasional, dapat menjadi wasilah dakwah dan motivasi kita semua untuk dapat menuju pribadi Qur’ani,” ungkap Zulfikar Amrinata, selaku Ketua LPTQ UMY. (hv)