Anak-anak penyandang disabilitas memiliki hak-hak dasar yang sama seperti anak-anak pada umumnya, terutama dalam hal pendidikan agama, hak untuk hidup, serta partisipasi untuk mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Hal tersebut yang menjadi alasan penting penelitian disertasi ABD Hasyim yang mengangkat tema “Model Pembelajaran Agama Islam Dalam Kerangka Pendidikan Karakter Percaya Diri, Kedisiplinan dan Kejujuran Murid (Studi Di SMP Luar Biasa- A Surabaya),” yang dilaksanakan pada Kamis (1/3) di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam sidang tersebut ABD Hasyim berhasil meraih gelar doktor dengan predikat sangat memuaskan. Gelar tersebut diraih pada pelaksanaan Ujian Terbuka Promosi Doktor, Program Psikologi Pendidikan Islam Pascasarjana UMY dan dipertahankan di depan tim penguji yang diketuai oleh Sri Atmaja P, Rosyidi, S.T., MSc.Eng., Ph.D.,PE, promotor satu Prof. Dr. Imam Bawani, M.A., promotor dua Dr. Muhammad Azhar, M.Ag, dengan anggota Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag. Dr. M. Nurul Yamin, M. Si, Dr. Arif Budi Raharjo, M.Si., dan Dr. Muhammad Anis, M.A.
ABD Hasyim menyampaikan bahwa model pembelajaran agama Islam harus ditekankan pada pendidikan karakter, percaya diri, dan kedisiplinan. “SMP Luar Biasa-A Surabaya yang saya teliti memiliki murid-murid tidak bisa melihat (tuna netra). Walaupun tidak bisa melihat mereka mempunyai kemampuan menghafal Asmaul Husna lengkap beserta artinya. Selain itu juga tetap melaksanakan ibadah wudhu dengan sempurna, shalat lima waktu dan membaca Al-Qur’an. Hal ini ditanamkan menjadi dorongan dan semangat untuk beretos kerja, berperilaku tertib, dan meningkatkan nilai spiritualitas murid,” papar Hasyim.
Hasyim menambahkan dalam proses pembalajaran, termasuk pembelajaran pendidikan agama Islam setidaknya terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh. “Komponen pertama yakni kondisi pembelajaran, kedua metode pembelajaran, ketiga hasil pembelajaran. Ketiga kompenen tersebut saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang telah ditetapkan. Maka sebagai guru harus mampu memperhatikan faktor tujuan yang akan dicapai pada waktu pembelajaran, baik dalam menetapkan metode dan strategi belajar. Pendidikan karakter akan berfokus terhadap membangun makna, mencari kebahagiaan, menetapkan cita-cita, dan mengajarakan agar murid bisa mandiri dan bertanggungjawab,” ujar Hasyim.
Lebih lanjut Hasyim menambahkan bahwa pendidikan agama Islam bagi penyandang disabilitas dapat diartikan sebagai usaha untuk menyiapkan murid-murid dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkannya pada kehidupan sehari-hari. “SMP Luar Biasa-A Surabaya merupakan contoh institusi pendidikan yang sudah banyak mengeluarkan murid-murid dan menjadi manusia yang memiliki mental spiritual, berkarakter, percaya diri, disiplin dan jujur,” tutupnya. (Sumali)