Berita

Ners Harus Siap Hadapi ACFTA

Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) bukan hanya persaingan bebas dalam perdagangan barang, namun juga bebas dalam perdagangan jasa. Termasuk jasa kesehatan oleh para tenaga medis, seperti ners atau perawat

Asean China Free Trade Agreement (ACFTA) bukan hanya persaingan bebas dalam perdagangan barang, namun juga bebas dalam perdagangan jasa. Termasuk jasa kesehatan oleh para tenaga medis, seperti ners atau perawat. Persaingan saat ini bukan lagi antara perawat lulusan Jakarta dengan perawat lulusan Jogja. Namun sudah persaingan antara perawat Indonesia dengan perawat Thailand, atau perawat dari negara ASEAN lainnya serta Cina.

Demikian diungkapkan dr.Joko Murdiyanto,Sp. An, anggota Majelis Pendidikan Tinggi, Penilitian dan Pembangunan ( DIKTI LITBANG) PP Muhammadiyah dalam pidatonya pada acara dan sumpah Ners angkatan XVI, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK-UMY), bertempat di Hall Masjid KH. Ahmad Dahlan, Kampus Terpadu UMY, Sabtu (10/4)

Joko melihat bahwa adanya Asean China Free Trade Agrement ( ACFTA) menuntut para Ners baru harus siap untuk bersaing dengan Ners dari Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Filipina, Thailand, serta ners dari Cina. “Oleh karena itu, kompetensi harus selalu ditingkatkan. Walaupun masa pendidikan dan profesi di UMY sudah selesai ditandai dengan pelantikan ini bukan berarti proses belajar berhenti,”ungkapnya.

Dalam acara ini Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)UMY, dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.kes melantik 46 Ners baru yang telah menyelesaikan 3-4 tahun masa pendidikan di UMY dan jenjang profesi selama satu tahun di Rumah sakit, Puskesmas, dan institusi kesehatan lain yang tersebar di provinsi DIY dan Jateng.

Erwin, dalam pidato sambutannya melihat bahwa Ners atau perawat merupakan profesi nomor satu yang bisa menembus dan bekerja di luar negeri. Erwin menilai bahwa profesi perawat telah berkiprah dan siap dalam era globalisasi.’Oleh karenanya FKIK khususnya PSIK UMY selalu membekali para mahasiswa dengan kompetensi-kompetensi yang tepat untuk berhadapan dengan dunia internasional,”ujarnya.

Menurut Erwin, para Ners baru ini di beri kesempatan untuk mengikuti seleksi pengiriman perawat ke Arab Saudi yang di selenggarakan oleh Muhammadiyah Nursing Center (MNC). Pada Juni 2010, MNC akan mengirimkan 20 Ners ke Arab Saudi untuk bekerja di Rumah Sakit Internasional di negara Timur Tengah tersebut. “Pada awal tahun, PSIK UMY telah mengirim 10 Ners untuk bekerja di Arab Saudi,”paparnya.

Senada dengan Erwin, Rektor UMY, Ir. Dasron Hamid, M.Sc memaparkan dalam menunjang kompetensi mahasiswa keperawatan untuk menghadapi globalisasi, para mahasiswa di bekali pembelajaran bahasa inggris yang intensif. “Selain mendapat ijazah perawat, para mahasiswa juga mendapatkan ijazah D1 bahasa inggris,”paparnya.

Ternyata kompetensi para perawat baru ini masih harus di uji. Nunu Musarowati, SKM, M. Kes, perwakilan dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menginformasikan bahwa PPNI bekerja sama dengan Dinas kesehatan Yogyakarta mengadakan kerjasama dalam pengadaan Uji Kompetensi bagi para perawat baru guna melihat sejauh apa kompetensi perawat tersebut . “Uji Kompetensi ini juga bisa untuk digunakan sebagai media untuk melihat kapasitas sebuah institusi pendidikan dalam mendidik para lulusannya, sehingga kurang dan lebihnya bisa menjadi bahan evaluasi bagi institusi pendidikan tersebut,”tandasnya.