Berita

Keluarga Faktor Penting Bangun Keharmonisan Masyarakat

IMG_7307

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini, memberikan tantangan tersendiri bagi kehidupan keluarga dan masyarakat. Derasnya arus informasi memberikan dampak luar biasa dalam pola asuh dan komunikasi dalam keluarga. Demikian pula dengan perkembangan faham materialisme dan hedonisme mendorong para keluarga mengalami disorientasi, sehingga berpengaruh dalam mewujudkan kehidupan keluarga yang diharapkan. Kondisi tersebut melahirkan terjadinya krisis keluarga. Maka dari itu, setiap keluarga adalah langkah awal untuk membangun keharmonisan masyarakat.

“Di era teknologi informasi dan globalisasi perlu membangun peranan keluarga yang kuat. Keluarga adalah sasaran yang strategis dalam kondisi era saat ini, terutama serangan kepada remaja. Saat ini banyak kasus-kasus remaja yang dirusak moralnya. Ini karena perusak moral anggota keluarga itu telah hilang rasa takutnya kepada Allah. Hilangnya rasa takut kepada Allah inilah yang kemudian cenderung menimbulkan sifat individualis, tidak peduli terhadap sesama, dan bahkan tidak mustahil melahirkan konflik di lingkungan masyarakat,” jelas Drs. H. Sahari, saat menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Refreshing Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) gelombang ketiga pada Selasa, (31/5) di AR Fachruddin A lantai 5.

Dalam sambutannya, Sahari selaku Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul, serta staff dari Badan Pembina Harian (BPH) UMY mengatakan bahwa kondisi keluarga dan masyarakat yang disharmonis akan berdampak pada kinerja seseorang di tempat kerjanya. Sehingga hal itu akan berdampak pada menurunnya produktifitas kerja. Untuk mengantisipasi dan memperkuat keharmonisan dalam bermasyarakat, maka BPH UMY melalui Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) serta Biro Sumberdaya Manusia (BSDM) memandang perlu melakukan penguatan kembali nilai-nilai utama keluarga dan masyarakat bagi dosen dan tenaga kependidikan UMY.

“Di dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, sebagai sarana mewujudkan nilai kemanusiaan yang sesungguhnya. Meskipun setiap pribadi muslim bertanggung jawab terhadap dirinya, namun untuk meneguhkan kemanusiaannya dia harus mampu mewujudkan kehidupan yang baik dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap muslim harus mampu mewujudkan keluarga sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai ajaran Islam, sehingga dapat mempraktekkan kehidupan yang islami dan terwujudnya keluarga yang sakinah, melalui jalan mawaddah dan rahmah,” papar Sahari.

AIK yang dilaksanakan sejak tanggal 28 mei hingga 1 juni 2016 yang bertajuk “Penguatan Nilai-Nilai Utama Berkeluarga dan Bermasyarakat Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Kinerja dan Layanan”, Sahari berharap dengan diadakan kegiatan tersebut dapat memberikan konstribusi positif bagi peningkatan kinerja dan kualitas kerja di kampus dan lingkungan masyarakat. “Adanya refresing AIK sangat diperlukan, urgensinya untuk memahami dan menampakkan bagaimana kita seharusnya berada. Supaya dapat menempatkan kembali hidup islami yg dipandu dengan akidah dan ibadah yang dituntun oleh Rasul, serta bagaimana membangun amaliah duniawi. Dan mudah-mudahan dapat memperteguh diri, serta posisi kita sebagai warga masyarakat,” harapnya.

Dalam rangkaian kegiatan AIK tersebut, diakhiri dengan kegiatan tadarus al qur’an untuk masing-masing gelombang dengan metode One Grup One Juz, yaitu setiap gelombang harus menyelesaikan satu juz. Dengan output dari kegiatan tadarusan tersebu takan terlaksananya khatam al-qur’an dalam kegiatan refreshing AIK. (Hv)