Berita

Kaji Sasana Sunu untuk Pendidikan Karakter, Sedya Raih Gelar Doktor

Serat Sasana Sunu sebagai kekayaan tradisi budaya dalam bentuk karya sastra, etika, dan religius, bagi warga keraton Surakarta serta masyarakat jawa pada umumnya, mengandung nilai- nilai pendidikan karakter. Menurut Sedya Santosa pada Sidang Promosi Doktor yang ke-36 yang dihasilkan oleh UMY tersebut mengatakan bahwa kajian atas serat Sasana Sunu karya Kiai R. Ng. Yasadipura II menarik untuk dikaji karena memiliki nilai moral dan alternatif sumber nilai-nilai pendidikan karakter.

“Serat Sasana Sunu berperan sangat besar di dalam pendidikan karakter pada masanya (Belanda, red). Nilai- nilai karakter yang ada pada serat Sasana Sunu ini menjadi respon kemerosotan karakter luhur yang terjadi pada elit keraton dan masyarakat pada umumnya akibat dari masuknya pengaruh Belanda di setiap lini kehidupan. Sehingga pada serat tersebut menyusun nasehat yang ditujukan pada anak cucunya untuk mengingat kembali arti penting pendidikan karakter,” ujar Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Suka, Sabtu (29/4) di Ruang Sidang AR Fachruddin A lantai 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Fenomena penyimpangan karakter di Indonesia menurut Sedya, dapat membahayakan eksistensi berbangsa. Berbagai tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai keutamaan, seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, perusakan lingkungan, pembakaran hutan, kekerasan atas nama agama, maupun politik uang, menjadi cermin kondisi masyarakat dewasa ini. “Saat ini pendidikan karakter telah menjadi perhatian banyak kalangan. Bahkan pada tingkat negara, telah ditegaskan bahwa misi Pendidikan Nasional bukan hanya untuk mencerdaskan secara intelektual, namun juga mendidik dan mengembangkan karakter,” paparnya.

Sedya kembali memaparkan pada disertasinya yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Karakter Dalam Serat Sasana Sunu Karya Kiai R. Ng. Yasadipura II Pujangga Keraton Kasunanan Surakarta,” pada nilai karakter Sasana Sunu memiliki perbedaan pada nilai karakter Kemendikbud. Menurutnya, perbedaan tersebut sesuai dari tuntutan zaman yang telah berubah. Adapun nilai karakter pada kemendikbud yaitu bergaya hidup sehat, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis dan inovatif, mandiri dan cinta ilmu. Sementara pada karakter Sasana Sunu yaitu rendah hati, sabar, menghargai waktu, sederhana, dan fokus.

“Pada masa sekarang dimana kesadaran akan pentingnya hidup sehat telah menjadi wacana global, pentingnya percaya diri menjadi tuntutan di tengah kompetisi secara luas, berjiwa usaha menjadi penting ketika tidak semua lulusan lembaga pendidikan terserap lapangan kerja, dan berpikir kritis dengan cinta ilmu merupakan kebutuhan di dalam perkembangan sains dan teknologi. Berbeda pada masa Sasana Sunu, karakter sabar, sederhana, dan rendah hati menjadi penting ketika seseorang meniti karir menjadi pejabat keraton ataupun pemerintahan. Walaupun demikian, nilai-nilai tersebut tetap aktual dan relevan untuk masa sekarang, yang mana banyak orang kehilangan kesabaran di tengah perbedaan, orang menjadi bermewah-mewah di tengah arus konsumtivisme, dan orang menjadi tinggi hati ketika menjadi pejabat,” jelasnya.

Dalam sidang promosi doktor ini, Sedya yang dipromotori oleh Prof. Dr. H. A. Munir Mulkhan, S.U (promotor utama) dan Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., (promotor kedua) ini dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. (hv)