Berita

Pemuda Indonesia Harus Kembangkan Industri Energi Terbarukan

IMG_9582

Kebutuhan akan energi terbarukan semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman. Indonesia sendiri masih tertinggal penguasaan teknologi dan kemandirian bidang energi, sehingga impor tenaga asing masih terus terjadi. Oleh karenanya, pemuda Indonesia harus dapat lebih menguasai teknologi untuk mengembangkan industri energi terbarukan di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Ir. Tumiran, M.Eng., Ph.D., dalam seminar Disaster Management Summer School and Renewable Energy Summer School 2016, di Ruang Sidang AR. Fakhruddin A lantai 5, Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Selasa (9/8). Seminar tersebut juga dihadiri oleh para peserta summer school UMY yang berasal dari Korea Selatan.

Dalam pemaparannya, Ir. Tumiran menjelaskan bahwa konsumsi energi masyarakat Indonesia masih kecil dibandingkan dengan negara Jepang dan Perancis. “Jepang konsumsinya sudah mencapai 7.000 kwh/kapita. Perancis juga sudah mencapai 8.000 kwh/kapita. Sedangkan Indonesia masih berada di 900 kwh/ kapita,” ungkap Ir. Tumiran.

Dalam upaya meningkatkan konsumsi energi di Indonesia, Ir. Tumiran menjelaskan bahwa pemerintah akan semakin menambah jumlah investor asing di Indonesia. “Tetapi jangan hanya mengandalkan investor asing saja. Justru pemuda Indonesia yang harus dapat mengembangkan industri energi terbarukan yang ada di negeri ini. Kita butuh tuntut pemerintah untuk tidak menerima pekerja asing, tetapi kita juga jangan malas untuk bekerja dan berinovasi. Jangan baru mulai bekerja sudah minta bayaran tinggi,” tegas Ir. Tumiran.

Dosen UGM tersebut juga menambahkan bahwa pemuda Indonesia tidak boleh hanya menuntut pemerintah saja. Namun sebagai pemuda, juga harus dapat membantu pemerintah dengan melakukan penelitian. “Ada banyak industri energi terbarukan yang dapat diciptakan oleh pemuda Indonesia seperti mycro hydra. Dengan posisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan, kita juga dapat menciptakan industri wind power dan wind turbin construction. Atau juga bio mass dan bio gass,” ungkap Ir. Tumiran.

Perguruan tinggi sendiri dapat berperan aktif dalam rangka mempercepat penguasaan teknologi dan kemandirian di bidang energi. Khususnya dalam sektor ketenagalistrikan, Ir. Tumiran menjelaskan bahwa perguruan tinggi dapat melakukan berbagai peran seperti pengembangan teknologi pembangkit dan teknologi transmisi dan distribusi. Selain itu juga dengan pengadaan riset optimalisasi konversi Energi Baru dan Terbarukan (EBT), pengembangan peralatan EBT, efisiensi konversi pembangkit, evaluasi emisi carbon, serta pengembangan industri dan manufaktur pemanfaat energi. (Deansa)

Share This Post

Berita Terkini