Berita

Tips Dapatkan Beasiswa Ke Luar Negeri Dari Alumni FEB UMY

Siapa yang tidak senang jika mendapatkan beasiswa, apalagi bisa melanjutkan pendidikan ke negeri orang baik untuk program sarjana, magister, maupun doktor. Perasaan bersyukur dan bahagia itulah yang kiranya dirasakan Ecky Imamul Muttaqin alumni Group of Economics Students for Future Indonesia Development (GESFID), Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2014, yang mendapatkan beasiswa magister dari Yurtdisi Turkier ve Akraba Topluluklar Baskanligi (YTB) Pemerintah Turki tahun 2019 (Fully Funded) pada jurusan International Finance and Banking di Istanbul Sabahattin Zaim University, Turki.

Pada kesempatan kali ini, Ecky ingin berbagi cerita tentang pengalamannya mendapatkan beasiswa S2 ke Turki. Menurutnya setiap hasil baik ataupun kisah yang dipandang sukses bagi sebagian orang, terdapat pengorbanan besar yang harus ditempuh. Dia mengutip contoh perjuangan dan kisah sukses serta inspiratif dari mantan Presiden RI ke-3.

“B.J. Habibie saat menempuh kuliah jenjang sarjana di Eropa banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan dengan keadaan perut kosong karena tidak memiliki uang untuk sekedar mengisi perutnya. Bahkan dengan cuaca yang cukup ekstrim di Eropa selalu menghadapi situasi yang sama, hingga akhirnya memiliki penyakit TBC di usia 21 tahun,” ungkapnya melalui pesan elektronik (30/9).

Dalam mengawali sebuah mimpi besar seperti memperoleh beasiswa ke luar negeri, diperlukan beberapa hal seperti mengenal potensi dalam diri sendiri. Hal ini bisa dijadikan senjata utama saat proses pendaftaran beasiswa dimulai. Namun, memang semua harus kembali ke niat awal.

“Bagi para calon penerima beasiswa tidak semata-mata didorong atas keinginan secara emosional (sebut saja keinginan yang hanya ada pada saat itu). Hanya karena dorongan teman, dosen, bahkan sekalipun orang tua adalah sebuah kekeliruan. Melainkan harus didorong atas kebutuhan, studi di luar negeri harus berangkat dari kesadaran diri melalui proses berpikir lebih panjang, kompleks, dan menyeluruh. Tetapi, sebelum melangkah lebih jauh, pastikan sudah berkomunikasi dengan orang tua dan sampaikan maksud serta tujuan yang menjadi bagian dari keputusan anaknya,” imbuh Ecky.

Ketika sudah mempersiapkan diri, saatnya memperbanyak informasi tentang beasiswa kalau bisa seteliti mungkin. Bisa mendapatkannya dari media cetak, elektronik, maupun melalui orang lain seperti yang sudah mendapat beasiswa, dosen, dan teman. Selain itu harus juga memahami waktu dan timeline beasiswa yang ingin dituju, karena tentu ada proses yang cukup panjang untuk dilewati. Tapi Ecky menekankan, bagi pencari beasiswa tidak boleh terfokus hanya pada satu tujuan beasiswa saja.

“Setiap calon penerima beasiswa harus membuka diri bahwa ada kemungkinan takdir lain yang hendak diberikan oleh Allah SWT. Saya sendiri mendaftar pada 5 (lima) jenis beasiswa dan tujuan berbeda, diantaranya Islamic Development Bank (IsDB), International Shari’ah Research Academy (ISRA), Brunei Darussalam Scholarship (BDGS), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) – Kemenkeu RI, dan Yurtdışı Türkler ve Akraba Topluluklar Başkanlığı (YTB).”

Tak kalah pentingnya adalah mempersiapkan dokumen persiapan melamar beasiswa seperti CV, sertifikat kemampuan bahasa, motivation letter, recommendation letter, thesis proposal. Lengkapi dengan memiliki mentor akademik, serta bersedekah dan berbuat baik menjadi hal penting lainnya yang perlu menjadi perhatian, dengan gerbang terakhirnya menyerahkan semua kehendak kepada Allah SWT.

“Jikalau memang tidak ada nasib diberikan pada saat ini juga, mungkin Allah SWT memandang kita belum siap untuk mendapatkannya atau memang bukan jalan yang hendak Allah SWT berikan. Selain itu ketaatan dan kesabaran pada Rabb-nya mengantarkan pada rasa ikhlas atas hasil apa yang hendak didapatkan pada kemudian hari,” tutup Ecky. (Hbb)

Share This Post

Berita Terkini