Berita

Pengabdian Mahardika Bakti Nusantara Untuk Warmon Kokoda

Tanah papua tanah leluhur. Di sana aku lahir. Bersama angin bersama daun. Aku dibesarkan.
Hitam kulit keriting rambut, aku Papua. Biar nanti langit terbelah, aku Papua.

Seorang anak suku Kokoda menyenandungkan penggalan lirik lagu Tanah Papua dari Franky Hubert Sahilatua. Ia bersenandung dengan riang, sembari terus melangkahkan kaki kecilnya menyusuri jalan setapak berlumpur. Jalan setapak yang tak lagi berwujud itu mengantarnya menuju Rumah Baca Mahardika. Sebuah rumah baca yang dibangun secara sukarela oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) generasi pertama.

Indonesia merupakan sebuah negara dengan keragaman bahasa dan budaya yang sangat beragam. Ada lebih dari seribu etnis yang hidup dan tinggal di negeri ini dan tersebar di berbagai pulau. Satu diantaranya adalah Kokoda, suku adat yang berdiam di bumi Cenderawasih, Papua. Suku Kokoda dapat ditemui di beberapa wilayah Papua Barat, seperti Sorong Selatan, Rufei, Negara Besar, dan salah satunya ada di kampung Warmon Kokoda, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong. Di wilayah inilah kelompok KKN (Kuliah kerja Nyata) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal), yaitu Mahardika Bakti Nusantara (MBN) generasi kedua diterjunkan sejak akhir bulan Juli lalu.

Suku Kokoda adalah suku yang nomaden, masih sering berpindah-pindah. Suku Kokoda yang saat ini bermukim di kampung Warmon Kokoda sebelumnya berasal dari daerah Sorong Selatan dan beberapa daerah lainnya di sekitar Sorong. Ironisnya, banyak warga dari suku Kokoda yang asli Papua tidak memiliki tanah tempat tinggal tetap di Papua. Mungkin karena cara hidup masyarakat yang terus nomaden dan prinsip yang menganggap semua yang ada di bumi ini adalah milik Tuhan, membuat mereka berpikir kepemilikan secara pribadi adalah hal yang aneh. Misalnya saja mereka pernah tinggal di sepanjang Bandar Udara Domine Eduard Osok, dan akhirnya tergusur oleh perluasan badan bandara. Mengetahui keadaan menyedihkan yang dialami oleh masyarakat Kokoda, Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) memberikan bantun kepada masyarakat suku Kokoda. “MPM Muhammadiyah memberikan bantuan berupa pembebasan lahan tanah seluas 2 hektar untuk ditempati oleh Warga Kokoda. Selain itu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan juga turut memberikan bantuan berupa pembangunan rumah permanen sejumlah 55 unit. Wilayah itulah yang kemudian menjadi kampung Warmon Kokoda saat ini,” ujar Bahtiar Dwi Kurniawan, S.Fil, MA, dosen pembimbing lapangan untuk MBN.

Meskipun saat ini mereka sudah memiliki rumah permanen di kampung Warmon Kokoda, masyarakat Kokoda merupakan suku yang masih memegang kebiasaan berburu dan meramu untuk memenuhi berbagai kebutuhan termasuk pangan. Kebiasaan ini seringkali menjadi sumber konflik, karena masyarakat Kokoda melakukan kegiatan ‘berburu’ di tanah milik warga sekitar yang bertetangga dengan kampung Warmon Kokoda. Bertani dan beternak masih menjadi hal yang asing bagi warga Kokoda. “MPM pernah memberikan bantuan 4 ekor sapi kepada masyarakat Warmon Kokoda, namun karena pengetahuan warga yang minim mengenai tatacara beternak, bukannya berkembang biak alih-alih 2 sapi yang diberikan malah mati akibat hanya dikandangkan saja. Kita tidak menyangka kalau masyarakat Kokoda akan seasing ini dengan beternak,” ujar Bahtiar.

Selain itu meskipun sudah resmi menjadi kampung dan tercatat sebagai bagian dari distrik Mayamuk, kemampuan masyarakat Warmon Kokoda untuk mengoptimalkan fasilitas yang dapat dimiliki dengan menjadi kampung resmi masih sangat terbatas. Rumah yang belum terjangkau akses untuk air bersih, jalan umum yang masih seringkali terendam banjir dan berlumpur, bahkan banyak dari warga Warmon Kokoda yang belum memiliki dokumen sipil seperti KTP, KK, buku nikah dan akta kelahiran untuk anak-anak mereka. Belum lagi dengan berbagai stigma negatif yang disematkan kepada suku Kokoda seperti biang onar, malas, dan susah diatur, baik dari warga Papua sendiri maupun oleh warga pendatang. Keadaan-keadaan seperti itu seakan membuat usaha untuk membantu memajukan masyarakat Kokoda dalam bentuk apapun akan menjadi sulit.

Walaupun dengan keadaan yang seperti itu, kelompok KKN MBN tetap hadir di tengah-tengah warga Warmon Kokoda untuk memberikan dorongan pada masyarakat setempat agar mampu berubah menjadi lebih maju. Ini merupakan kali kedua MBN menginjakkan kaki di kampung Warmon Kokoda sejak diadakan pertama kalinya tahun lalu. Kedatangan mereka kali ini akan melanjutkan program-program pemberdayaan masyarakat. “Warga Warmon Kokoda ini belum mampu memberdayakan diri dan sekitarnya secara maksimal. Padahal mereka merupakan pribadi pekerja keras yang memiliki semangat dan potensi untuk maju dan berkembang seperti warga sekitarnya. Kehadiran MBN di sini hanya untuk membantu dan mendorong mereka melalui proses yang dibutuhkan untuk mengubah diri mereka sendiri,” ujar Muhammad Kahfi Hasibuan, mahasiswa Hubungan Internasional yang merupakan salah seorang anggota MBN.

Diantara sekian program unggulan yang dicanangkan MBN, salah satunya adalah pelaksanaan Latihan Dasar kepemimpinan yang ditujukan untuk generasi muda Warmon Kokoda. “Dengan Latihan Dasar Kepemimpinan ini, kami ingin memperkenalkan budaya berpikir kritis bagi muda-mudi Warmon Kokoda. Budaya tersebut sangat diperlukan oleh SDM Warmon Kokoda karena mereka lah yang akan menjadi tonggak perubahan yang akan memajukan masyarakat setempat. Ini juga agar mereka mampu terlibat dalam merencanakan pembangunan kampung Warmon Kokoda yang sudah resmi menjadi bagian dari distrik Mayamuk. Karena saat ini kampung Warmon Kokoda sudah menerima berbagai dana pembangunan dari pemerintah, alangkah baiknya apabila generasi muda Warmon Kokoda dapat menjadi agen perubahan,” terang Kahfi.

Perjuangan mahasiswa KKN MBN UMY dari generasi pertama dan kedua tersebut mulai membuahkan hasil. Saat ini para pemuda-pemudi kampung Warmon Kokoda sudah mampu peka terhadap berbagai kegiatan yang dapat memajukan kampungnya. Mereka turut ambil bagian dalam program-program yang diadakan oleh MBN, seperti dalam pendidikan, pertanian dan literasi kesehatan. Bahkan hingga menawarkan diri untuk menjadi kader yang akan mengawasi keberlanjutan program-program yang diadakan ketika nanti masa bakti MBN usai. Selain itu, mereka juga turut andil dalam merencanakan kegiatan pengembangan kampung dengan para aparatur desa.

Tak hanya para muda-mudinya, anak-anak Warmon Kokoda pun sangat antusias dalam mengikuti program pendidikan non-formal yang diberikan oleh MBN seperti kegiatan membaca dan kelas alam. Kegiatan yang rutin diadakan setiap pagi itu diikuti oleh anak-anak dengan semangat, bahkan mereka menggunakan seragam merah putih layaknya siswa yang akan menghadiri kelas seperti di sekolah dasar. Walau hanya sekedar membaca bersama dan menyebutkan nama-nama hewan kemudian menyanyi bersama, keceriaan di wajah anak-anak suku Warmon Kokoda tetap terlihat. “Indikator keberhasilan dari berbagai agenda yang kami lakukan adalah penerimaan dari warga setempat. Ketika orang tua, anak muda dan adik-adik Warmon Kokoda mau kami ajak untuk melakukan berbagai kegiatan dan bercengkerama dengan akrab, kami rasa kami sudah berhasil melakukan sebuah perubahan. Karena warga Warmon Kokoda sudah mampu membuka diri. Ini menjadi aspek yang diperlukan masyarakat Warmon Kokoda untuk berkembang maju,” papar Kahfi

Masyarakat Warmon Kokoda sama dengan seluruh rakyat lainnya di negeri ini. Sama harkat martabatnya, sama hak dan kewajibannya, mereka sama Indonesianya dengan kita semua. Namun mengapa mereka tidak mendapatkan kesamaan untuk hidup layak? itulah yang menjadi tujuan dari kehadiran MBN di tanah Warmon Kokoda, agar mereka mampu berdiri dan berkembang maju dengan tangan mereka sendiri dan meraih cita-cita yang masyarakat Warmon Kokoda impikan. Karena mereka sadar untuk berubah harus dimulai dari diri sendiri. (raditia)

Share This Post

Berita Terkini