Berita

Bahas Konflik Antar Umat Beragama, Wakil Bupati Sorong ke UMY

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Pada Selasa (25/8) bertempat di ruang komisi Gedung Ar. Fachruddin A lantai 5, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menerima kunjungan dari rombongan Wakil Bupati Sorong, Papua. Rombongan yang diikuti oleh 20 orang ini terdiri dari Wakil Bupati Sorong, FKAUB (Forum Komunikasi Antar Umat Beragama) Sorong, Dinas Kantor Keagamaan Kota Sorong, Pendeta, dan tokoh-tokoh keagamaan Kota Sorong, Papua. Rombongan tersebut melakukan lawatan ke Kota Yogyakarta, dan salah satu tujuan lawatan tersebut yaitu UMY.

Kunjungan tersebut dilakukan juga dalam rangka diskusi mengenai konflik toleransi antar umat beragama yang sedang marak terjadi belakangan ini di berbagai daerah di Indonesia, yang salah satunya yaitu Papua. Wakil Bupati Sorong, Suka Harjono, S.Sos,M.Si mengungkapkan, isu mengenai permasalahan intoleransi yang terjadi di Papua disebabkan karena adanya provokator yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab serta mengatas namakan agama dan suku. “Papua, khususnya Sorong merupakan miniatur Indonesia, di sana terdapat berbagai macam suku, dan agama. Maraknya kisruh antar umat beragama cenderung terjadi akibat masyarakat di sana mudah terpancing dalam provokator orang-orang yang tidak suka kedamaian terjadi di Papua,” ungkapnya.

Suka Harjono turut menambahkan, tujuan kunjungan yang dilakukan oleh Kabupaten Sorong UMY selain sebagai bentuk silaturahmi, pemerintah Kota Sorong juga ingin berdiskusi dan bertukar pikiran dengan dosen, dan mahasiswa UMY. “Tujuan kami ke UMY pada dasarnya ingin saling bertukar pikiran dalam mengatasi permasalahan toleransi yang masih minim di tanah Papua, dan saya berharap melalui diskusi ini kami dapat membawa perubahan pada permasalahan toleransi di Papua, khususnya di Sorong. Selain itu kami juga berkeinginan rekan-rekan mahasiswa UMY nantinya dapat berkerja di Papua, khususnya Kota Sorong,” tambahnya.

Sementara itu, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P Wakil Rektor 1 UMY menuturkan, di UMY sendiri toleransi sangat diajarkan kepada mahasiswa, dikarenakan ribuan mahasiswa UMY terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, jika mahasiswa tidak diajarkan untuk saling bertoleransi kisruh antar mahasiswa akan marak terjadi. “UMY memiliki kurang lebih 160 mahasiswa non muslim, yang terdiri dari berbagai daerah di Indonesia, maupun negara asing. Namun sejauh ini tidak ada permasalahan yang terjadi antar mahasiswa, karena mereka saling menghormati dan menjaga perbedaan yang terjadi diantara mereka, dan ajaran untuk toleransi sendiri kami berikan tidak hanya ketika di kelas saja, melainkan juga di luar kelas,” ungkapnya.

Dengan dorongan semangat untuk menciptakan kesosialan antar masyarakat, H. Ahmad Anderson Miage, S.Pd.I, M.Pd, selaku ketua FKUB Sorong menuturkan, dalam menghadapi konflik antar umat beragama diperlukan penyelesaian dengan mengkomunikasikan segala permasalahan yang terjadi dengan kepala dingin, tanpa menggunakan kekerasan. “Semua agama pastinya mengajarkan untuk saling cinta damai, konflik yang rentan terjadi karena faktor kurangnya membangun komunikasi yang baik antar umat beragama, seharusnya jika di dorong dengan semangat kesosialan antar masyarakat, permasalahan tersebut tidak akan terjadi,” paparnya.

Sementara itu, Zainuddin Arsyad, selaku Presiden BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) menuturkan, dalam hal konflik yang terjadi di Papua, mahasiswa UMY tidak dapat terjun secara langsung untuk membantu penyelesaiannya, namun dengan adanya diskusi yang terjalin, mahasiswa UMY dapat menyampaikan aspirasi dan pemikiran kritisnya atas konflik toleransi antar umat beragama yang terjadi. “Kami sebagai mahasiswa tidak akan tinggal diam atas permasalahan tersebut, dan kami juga berharap Pemerintah tidak hanya diam dalam menyikapi permasalahan tersebut, permasalahan yang terjadi tanpa dukungan dan penyelesaian dari Pemerintah tidak akan pernah bisa terselesaikan,” ucapnya.

Share This Post

Berita Terkini