Berita

Perlu Pola Interaksi Yang Sesuai Dengan Target Audiens Dalam Menyebarkan Informasi

Dalam data yang diberikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Generasi Z saat ini berjumlah lebih dari 68 juta dan merupakan bagian masyarakat yang akan berperan penting dalam masa depan negeri. Pola interaksi yang dimiliki generasi ini banyak dilakukan dengan menggunakan akses internet dan juga aplikasi media sosial. Karenanya tidak sedikit dari generasi tersebut yang menggunakan platform berbasis internet sebagai sumber utamanya dalam mendapatkan informasi. Namun demikian informasi yang tersebar dalam internet tidak seluruhnya dapat dipertanggung jawabkan, untuk itu LPKA (Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memberikan pelatihan dengan tema Bijak di Media Sosial. Pelatihan tersebut ditujukan kepada para mahasiswa penerima beasiswa Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Ri dan dilaksanakan pada hari Kamis (9/5) di Book Store UMY.

M.Muttaqien, S.Ikom., M.Sn, Kepala Urusan Pemberdayaan Informasi Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY, selaku narasumber menyampaikan bahwa karakter yang dimiliki oleh generasi Z memengaruhi pola interaksi yang meraka miliki. “Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi ini bergantung pada teknologi dalam banyak hal karena itu mereka termasuk pengguna internet aktif yang cukup besar jumlahnya di Indonesia. Selain itu mereka juga berfikiran lebih terbuka, dan lebih berpotensi untuk menjadi agen perubahan. Mereka lebih menyukai informasi yang bersifat visual seperti infografis atau video ketimbang info tekstual, dan cenderung lebih menyukai gaya kampanye yang kekinian. Pola ini yang banyak dilakukan oleh para vlogger atau selebgram dalam menyesuaikan informasi dengan target audiensnya. Sayangnya tidak semua public figure tersebut memberikan konten informasi yang bermanfaat,” ujarnya.

Muttaqien menyebutkan bahwa untuk mengolah dan menyebarkan informasi juga dapat dilakukan dengan menjadi citizen journalist. “Citizen journalist melibatkan warga dalam memberitakan sesuatu. Kelebihannya adalah ini dapat dilakukan dengan tanpa memandang latar belakang pendidikan, keahlian dalam merencanakan, menggali, mengolah, melaporkan informasi pada orang lain, sehingga setiap orang dapat menjadi wartawan. Tantangannya adalah seringkali orang menjadi terjebak dalam hoaks dan menyebarkannya tanpa disadari karena kurangnya pengetahuan dan informasi,” paparnya.

Muttaqien menyebutkan bahwa untuk meminamilisir penyebaran informasi palsu ada beberapa kiat yang dapat dilakukan, ini bisa dimulai dengan memperhatikan bagaimana berakhlak di sosial media. “Teman-teman bisa mulai dengan mengolah dan menyebarkan konten informasi yang punya bobot manfaat, kemudian juga harus ingat agar tidak menyebarkan hoaks, karena dampaknya bisa sangat masif dalam era akses informasi yang bebas ini. Selanjutnya gunakan bahasa yang sopan dan tidak provokatif dan selalu lakukan Tabayyun, cek kembali informasi yang anda olah sebelum menyebarkannya,” jelas Muttaqien.

Triyana Amd. selaku Kepala divisi Konseling dan Kesejahteraan Mahasiswa (KKM) menyampaikan bahwa kegiatan ini merupaka rangkaian dari program pembinaan yang dilakukan oleh LPKA. “Melalui pelatihan ini, harapannya para penerima beasiswa ini dapat mengekspos profil dan kiprah BAZNAS secara lebih luas ke masyarakat. Tentunya dengan cara dan teknik yang lebih relevan dengan audiens saat ini,” ujarnya.

Share This Post

Berita Terkini