Berita

KRSBI Humanoid Akan Mempertandingkan 8 Tim

8 tim yang akan bertanding dalam kategori Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid untuk Kontes Robot Indonesia (KRI) 2018 mengikuti Technical meeting yang dilaksanakan di di Auditorium Gedung KH Ibrahim E6 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada hari Rabu (11/7). 8 tim tersebut adalah tim Al-‘ADIYAT, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY); Krakatau FC, Universitas Teknokrat Indonesia (Teknokrat); Midun, Politeknik Negeri Padang (PNP); ALFAROBI, Universitas Gadjah Mada (UGM); Dago Hoogeschool, Institut Teknologi Bandung (ITB); EROS, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS); BARELANG FC, Politeknik Negeri Batam (Polibatam); dan ICHIRO, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).

Dr. Ir. Endra Pitowarno, juri untuk KRSBI humanoid dan pemateri untuk technical meeting menyampaikan ada beberapa ketentuan baru yang akan diterapkan untuk KRI 2018, salah satunya adalah pemenang dalam lomba tahun ini akan dapat mengikuti KRSBI Humanoid untuk tahun depan. “Selama ini tahapan untuk masuk ke tingkat nasional harus melewati fase regional terlebih dahulu. Ini akan kita ubah sehingga 4 juara untuk tahun ini akan berhak mengikuti KRSBI humanoid di tahun depan. Dengan begitu ini akan memperbesar peluang bagi tim lainnya dalam fase regional untuk lolos ke tingkat nasional,” ungkap Endra.

Endra juga menyebutkan bahwa terjadi penurunan terhadap jumlah peserta yang ikut dalam KRSBI humanoid tahun ini, dimana menurut data Kemenristekdikti ada lebih dari 30 tim yang pernah bertanding dalam KRSBI humanoid. “Ada beberapa hal yang menyebabkan ini, misalnya dari sisi peraturan yang semakin mirip dengan aturan permainan sepak bola sesungguhnya. Padahal teknologi robot yang ada saat ini kemajuannya tidak cukup cepat untuk mengikuti dinamisnya sepak bola yang sesungguhnya. Selain itu investasi untuk mengembangkan teknologi robot yang mampu mendekati pergerakan pemain yang sesungguhnya juga semakin mahal. Ini yang mungkin menjadi alasan dari mundurnya banyak tim dalam kontes KRSBI humanoid,” jelasnya.

Meski demikian Endra meyakini bahwa generasi muda yang saat ini mendalami bidang robotika mampu untuk menjawab tantangan ini. Menurutnya salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjawab tantangan ini adalah dengan melakukan kolaborasi. “Kita memiliki rencana untuk melakukan exhibition untuk robot-robot ini, ini akan menjadi ajang untuk memamerkan teknologi yang dimiliki dari setiap robot yang ada. Dari sini sangat memungkinkan untuk bekerjasama dalam mengembangkan teknologi yang lebih maju. Ini juga dapat menjadi bagian dalam mempersiapkan robot kita untuk bertanding dalam Robocup pada tahun 2050 kelak,” imbuhnya.

Endra juga mendorong agar para pemenang dari kompetisi KRSBI humanoid dapat turut andil secara aktif dalam mengembangkan kategori robot ini. “Para pemenang dalam KRSBI humanoid punya tanggung jawab untuk membantu mengembangkan teknologi yang diperlukan dalam mengembangkan teknologi yang diperlukan untuk kategori ini. Karena seluruh peserta yang mengikuti KRI ini adalah pribadi yang memiliki curiosity yang tinggi, sehingga saya yakin mereka dapat menjawab tantangan yang muncul dalam usaha memajukan robotika di Indonesia,” tutupnya. (raditia)

Share This Post

Berita Terkini