Berita

Dosen UMY Dukung Rintisan Desa Wisata Surya Buana di Mranggen Lewat Kuliner

Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Ir. Triwara Buddi Satyarini, MP memberikan dukungan dan kepedulian pada rintisan Desa Wisata Surya Buana di Mranggen Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang yang baru berdiri tahun 2020. Kepedulian dan dukungan tersebut diberikannya dalam bentuk pembenahan desa wisata Surya Buana. Mulai dari penguatan kelembagaan pengelola, sarana wisata dan sajian wisata termasuk sajian kuliner.

Hal tersebut ia lakukan dalam Pengabdian Masyarakat yang mengambil tema Pengembangan Kuliner Khas, dimulai dengan identifikasi potensi kuliner berdasarkan potensi hasil pertanian maupun potensi pangan tradisional warisan leluhur. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan Triwara, kuliner yang dikembangkan terbagi dalam kuliner tradisional yang bisa dinikmati pengunjung di tempat dan kuliner khas yang bisa dijadikan oleh-oleh khas Desa Wisata Surya Buana.

Hasil utama pertanian desa Mranggen adalah buah Salak. Akan tetapi, buah Salak sudah sangat umum untuk dijadikan oleh-oleh desa wisata di sekitar desa wilayah Merapi, Yogyakarta maupun penjuru Jawa Tengah. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Desa Mranggen, Kazis Fuadi dan Sugiyono (Ketua Badan Permusyawatan Desa Mranggen) yang sekaligus menjadi pembina Pokdarwis Surya Buana. “Untuk Salak Pondoh, biarlah disajikan oleh masyarakat, Dewi Suba (Desa Wisata Surya Buana) bisa saja membuat olahan salak tetapi yang belum banyak dibuat dan dijual di sekitar Magelang,” ungkap Sugiyono.

Berdasarkan kondisi tersebut, Triwara pun memberikan pelatihan olahan pangan dari buah Salak yang dilakukan selama tiga kali di bulan Februari – Maret 2020. Pelatihan yang diberikan mulai dari mengolah Salak menjadi manisan hingga dodol Salak. “Pelatihan tahap awal kami lakukan di setiap dusun yang menjadi sasaran kegiatan pengabdian masyarakat bersama mahasiswa UMY yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kemudian kami membentuk Pokdarwis dan pengelola desa wisata. Setelah Pokdarwis dan pengelola terbentuk, pelatihan olahan pangan kami laksanakan kembali untuk meningkatkan kapasitas kelompok kuliner yang akan menjadi mitra Pokdarwis. Pelatihan dengan mitra Pokdarwis ini kami arahkan untuk memperkaya sajian kuliner berupa jajanan (snack) dan sayuran tradisional yang disajikan langsung pada pengunjung yang datang, serta olahan umbi-umbian sebagai oleh-olehnya,” jelas Triwara, saat dihubungi Sabtu (28/11).

Tak hanya itu, Triwara juga mengusulkan agar makanan khas yang disuguhkan oleh masyarakat desa Mranggen adalah makanan yang sudah langka seperti Serabi Jawa atau makanan lainnya yang tidak ada di tempat lain. “Agar lebih kekinian, Serabi Jawa ini bisa kita variasikan dengan aneka rasa sehingga menarik selera. Tetapi, Serabi ini bukan pilihan tepat untuk dijadikan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang, karena Serabi lebih cocok untuk dimakan di tempat saat masih hangat. Pilihan lainnya yang bisa dijadikan kuliner oleh-oleh untuk dibawa pulang misalkan mengolah umbi-umbian seperti ketela pohon, ubi jalar, dan pisang. Pelatihan mengolah umbi-umbian ini kami laksanakan pada awal bulan November yang lalu. Program pengabdian ini juga akan menjadi program pendampingan jangka panjang dan selanjutnya kami akan mengadakan pelatihan pembuatan kemasan sebagai produk oleh-oleh,” tutupnya. (RM)

Share This Post

Berita Terkini