Berita

UMY Asuh 5 PTM Untuk Tingkatkan Kualitas Penjaminan Mutu

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mendapatkan hibah Program Asuh Perguruan Tinggi dan Prodi Unggul dari Direktorat Jenderal Belmawa Kemenristekdikti. Program ini bertujuan untuk melakukan peningkatan kualitas penjaminan mutu untuk perguruan tinggi yang masih mendapatkan akreditasi C dan dilakukan oleh perguruan tinggi yang sudah memiliki akreditasi A sebagai PT Pengasuh. Pada program asuh tersebut UMY membina 5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) lainnya dari berbagai wilayah di Indonesia.

“UMY saat ini memiliki akreditasi A dan diberi label PT Unggul oleh kemenristekdikti. Pada program bina asuh ini, UMY ingin membantu Perguruan Tinggi Muhammadiyah lainnya yang masih mendapat akreditasi C untuk meningkatkan kualitas penjaminan mutu dari perguruan tinggi tersebut. Untuk melakukan hal ini metode yang kami implementasikan adalah penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) institusi,” ujar Drs. Mujiyana, S.H., M.Si. selaku Kepala Bidang Penjaminan Mutu Internal, Badan Penjaminan Mutu (BPM) UMY saat diwawancarai oleh tim BHP UMY di sela-sela kegiatan diskusi Peningkatan Implementasi Sistem Penjaminan Mutu di ruang sidang Gedung AR Fakhruddin A UMY pada hari Rabu (12/7).

Rangkaian kegiatan Program Magang : Peningkatan Implementasi Sistem Penjaminan Mutu di Institusi Perguruan Tinggi dan Program Studi Menuju Perguruan Tinggi dan Program Studi Unggul tersebut berlangsung sejak Selasa (11/7) hingga Jum’at (14/7). Adapun 5 PTM yang mengikuti program asuh dari UMY tersebut yaitu Universitas Muhammadiyah Luwuk, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, STISIP Muhammadiyah Sinjai, STIP Muhammadiyah Sinjai dan IAIM Sinjai.

Menurut Mujiyana ada beberapa hal yang menghalangi perguruan tinggi untuk mendapatkan akreditasi yang lebih baik. “Ada banyak Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang memiliki nilai C, ini menunjukkan adanya ketidakberesan dalam pelaksanaan penjaminan mutunya. Ketika diperiksa, ternyata betul mereka tidak memiliki dokumentasi, perencanaan maupun prosedur dalam penjaminan mutu, ini yang berusaha kita perbaiki,” jelasnya.

Mujiyana melanjutkan bahwa dalam pelaksanaan SPMI tersebut ada program-program yang harus diterapkan untuk menjamin peningkatan kualitas mutu. “SPMI yang kami ajukan memiliki beberapa program, misalnya pengadaan unit penjaminan mutu pada tingkat universitas/sekolah tinggi/intitusi/akademi sampai pada tingkat fakultas dan prodi yang mengontrol setiap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Lalu penyusunan dokumen mutu seperti kebijakan, manual, maupun formulir yang menjadi standar mutu. Ini kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan standar mutu yang dalam penerapannya harus diawasi sebagai bentuk monitoring sebagai praktek audit dari penjaminan mutu,” lanjut Mujiyana.

Selain melakukan diskusi, para peserta juga melakukan praktik dengan melihat penerapan SPMI di UMY pada tingkat Prodi. Untuk kegiatan tersebut Prodi Farmasi dan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris ditunjuk sebagai contoh, mengingat prestasi akreditasi dari kedua Prodi UMY tersebut dinilai sangat baik oleh BPM UMY.

Mujiyana berharap dengan penerapan SPMI yang sudah diberikan di UMY, para peserta dari kelima PTM yang mengikuti program tersebut dapat meningkatkan kualitas penjaminan mutu di institusinya masing-masing. “Apabila peningkatan kualitas penjaminan mutu dilaksanakan dengan baik, maka Insyaalllah akreditasi yang dihasilkan juga akan baik,” tutupnya. (raditia)

Share This Post

Berita Terkini