Berita

Selamat Jalan Sang Legenda UMY

Dasron Hamid copy

Keluarga besar civitas akademika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) merasakan kehilangan yang sangat mendalam. Salah seorang pendiri, pemimpin, dan legenda UMY, Ir. HM. Dasron Hamid, MSc pada Jum’at (24/4) telah dipanggil keharibaan Ilahi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Gamping, Sleman. Perjuangannya dalam mengemban amanah untuk membesarkan UMY, kini telah usai. Namun keteladanan, sikapnya sebagai pemimpin yang amanah dan baik, kejujurannya, kemampuannya dalam terus menjalin silaturrahim dengan semua orang, serta kharismanya yang besar dalam mewujudkan kampus UMY hingga saat ini, tak akan mampu menghilang begitu saja dari benak dan kenangan para civitas akademika UMY.

Ir. HM. Dasron Hamid, MSc, adalah orang yang ikut andil dalam pembangunan UMY. Kiprahnya dalam memajukan dan membesarkan nama UMY pun tak akan pernah terlupakan. Sekalipun Pak Dasron disebut sebagai “orang baru” dari Tim Tujuh (yakni Musthofa Kamal Pasha, Muhadi SH, Humam Zainal SH, Darwin Harsono, Fahmi Muqoddas, Abdullah Effendi, dan Alfian Darmawan) yang menggagas untuk mewujudkan UMY, namun sumbangsih yang diberikan Pak Dasron nyatanya tidak akan cukup jika dihitung hanya dengan hitungan jari.

Pak Dasron bisa dikatakan telah mewariskan umurnya untuk Muhammadiyah dan UMY, serta dunia keolahragaan. Selain aktif sebagai pengurus dan pimpinan di Muhammadiyah dan UMY, Pak Dasron juga ikut aktif dalam memajukan persepakbolaan di Yogyakarta, yakni Persatuan Sepak Bola Indonesia Mataram (PSIM) dan pernah pula menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) DIY. Bahkan, jabatan terakhir yang masih diembannya saat itu adalah Ketua Badan Pembina Harian UMY dan Bendahara Umum Panitia Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang akan diselenggarakan pada bulan Agustus 2015 mendatang di Makassar.

Akan tetapi, karena kehendak Allah lah, diusianya yang menginjak 75 tahun Pak Dasron harus menutup semua amanah yang telah diberikan padanya. Kepergiaannya pun meninggalkan duka baik bagi keluarga yang ditinggalkannya, maupun keluarga besar Muhammadiyah, civitas akademika UMY, dan KONI DIY. Civitas akademika UMY pun semula sempat kaget dengan kepergian Sang Legenda UMY ini. Pasalnya, menurut Wakil Rektor I UMY, Dr. Gunawan Budiyanto MP, pada pagi harinya Pak Dasron masih sempat mengirimkan SMS kepada panitia muktamar Muhammadiyah. “Tapi kesehatannya kelihatan menurun di sore hari,” ujarnya.

Gunawan juga mengatakan jika Pak Dasron berjasa besar dalam mengangkat nama dan membesarkan UMY. Pak Dasron bahkan yang memulai menjalin kerjasama dengan banyak pihak, baik media massa maupun perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri, sehingga bisa mengantarkan UMY menjadi salah satu dari lima besar perguruan tinggi di DIY, baik tingkat negeri maupun swasta. “Sudah banyak karya almarhum, sejak UMY masih kecil di Wirobrajan sampai tumbuh besar dan mempunyai kampus di Tamantirto, Kasihan, Bantul ini,” ungkapnya. Pak Dasron juga sempat menjabat sebagai Rektor UMY sebanyak tiga kali, dan terakhir pada periode 2008 – 2012.

Kakak dari Pak Dasron, Zembi Nurhastojati mengatakan, sebelumnya Pak Dasron sempat menjalani operasi batu empedu karena menderita penyakit batu ginjal. Kemudian sempat dioperasi dan dari pihak dokter yang mengurusi, sempat mengabarkan jika kondisi Pak Dasron membaik. “Operasinya berhasil. Tapi setelah kondisinya sedikit ada peningkatan, kembali menurun. Tapi mungkin kehendak Allah SWT. Kemudian sekitar pukul 19.00, beliau dipanggil (wafat),” tuturnya.

Pak Dasron yang juga merupakan salah satu tokoh masyarakat di Yogyakarta, merupakan anak kesepuluh dari sebelas bersaudara. Ayahnya, H. Abdul Hamid BKN (Bin Kartowirono) adalah seorang aktivis Muhammadiyah yang zaman dulu dikenal sebagai AB-3 (merujuk pada mobil dinas Ketua DPRD. Setara mobil dinas Sri Sultan HB IX adalah AB-1, KGPAA Paku Alam VIII adalah AB-2). Sementara ibunya adalah Siti Mariyah binti H Abdulsamad, seorang ibu rumahtangga biasa yang telah melahirkan 11 anak: 5 laki-laki dan 6 perempuan.

Pak Dasron yang telah ditinggal lebih dulu oleh istrinya Dwi Nurhayati yang meninggal dunia pada Kamis 23 Januari 2014 lalu ini, meninggalkan lima anak dan lima cucu. Mereka adalah Siska Nur Asyraf (anak pertama), Aussie Nur Rahmania (anak kedua), Okkie Nur Hamida (anak ketiga), Cannia Nur Ramadhiani (anak keempat), dan Rizki Nur Agustina (anak kelima).

Share This Post

Berita Terkini