Berita

Publikasi Internasional Target Utama Program Internasionalisasi UMY

 

Program Internasionalisasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang telah diluncurkan dan dimulai sejak Januari 2015 lalu, memberikan peningkatan yang cukup signifikan pada program publikasi Internasional. Sasaran program internasional yang melibatkan seluruh jajaran dosen UMY tersebut, meningkat hingga dua kali dari target sebelumnya. Peningkatan publikasi Internasional ditandai dengan adanya program sabbatical leave bagi para dosen ke luar negeri untuk menghasilkan karya ilmiah.

Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Indira Prabasari, Ph.D selaku Kepala Biro Kerjasama UMY saat diwawancarai di ruangannya pada Rabu, (16/11). Indira menjelaskan lebih lanjut bahwa program sabbatical leave merupakan salah satu program yang diperuntukkan bagi para dosen UMY dengan diberikan fasilitas selama 3 minggu di luar negeri. “Output dari program sabbatical leave tersebut dosen yang didanai untuk melakukan riset selama 3 minggu di luar negeri, diharuskan untuk mempublish hasil karya ilmiahnya pada kurun waktu maksimal 3 bulan setelah kembali ke tanah air,” jelas Indira.

Selain program sabbatical leave, terdapat delapan program internasionalisasi lainnya yang telah berjalan. Kedelapan program tersebut yaitu Visiting Scholar, International Joint Research, Collaborative Research Pascasarjana, Award for International Journal Publication (SCOPUS), Keanggotaan Asosiasi International dan Keikutsertaan Konferensi Asosiasi International, International Conference, Student Mobility, serta Visiting Professor. “Kesembilan program Internasionalisasi UMY telah berjalan dan mendapatkan respon yang baik dari para dosen UMY untuk mencapai target internasionalisasi UMY,” paparnya.

Dalam menerapkan kesembilan program tersebut, Indira menekankan bahwa peranan setiap dosen sangatlah penting. Hal ini karena dosen memegang peranan kunci internasionalisasi UMY. “Dengan meningkatnya publikasi internasional hasil karya tulisan dosen UMY, akan dapat mempertahankan akreditasi AIPT A pada tahun 2017, serta menambah bintang pada QS Star terutama untuk kerjasama Internasional. Jika itu mampu diraih tidak menutup kemungkinan UMY mendapatkan peringkat Go Internasional. UMY menjadi world class university merupakan renstra dari universitas,” ujarnya.

Indira menambahkan, proses menuju internasionalisasi tidaklah mudah. Terdapat berbagai hambatan sejak dimulai program internasionalisasi. Salah satu kendala seperti yang disebutkan Indira yaitu minimnya kemampuan bahasa Inggris. “Akibat dari kendala kemampuan Bahasa Inggris, dosen masih banyak yang ragu-ragu mengikuti program internasionalisasi tersebut dikarenakan khawatir tidak mampu mencapai outputnya. Tapi saya lihat saat ini untuk sabbatical leave dan hampir semua program mencapai target. Jadi ini menunjukkan bahwa sosialisasi program telah berjalan, serta kepercayaan dosen untuk mengikuti setiap program tersebut semakin meningkat,” jelas Indira. (hv)

Share This Post

Berita Terkini