Berita

Prodi Bahasa Inggris UMY Targetkan 20% Mahasiswa Mengajar pada 2011

Institusi pendidikan tingkat universitas pada dasarnya merupakan sarana pengembangan kemampuan dengan diberikannya ilmu di perkuliahan. Kemampuan yang sering disebut hardskill tersebut selanjutnya dirangkum dalam nilai akhir setiap semesternya sebagai tugas setiap mahasiswa. Lebih jauh dari hal tersebut, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (PBI UMY) juga menuntut mahasiswanya untuk memiliki kualifikasi mengajar sebelum lulus.

Institusi pendidikan tingkat universitas pada dasarnya merupakan sarana pengembangan kemampuan dengan diberikannya ilmu di perkuliahan. Kemampuan yang sering disebut hardskill tersebut selanjutnya dirangkum dalam nilai akhir setiap semesternya sebagai tugas setiap mahasiswa. Lebih jauh dari hal tersebut, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammdiyah Yogyakarta (PBI UMY) juga menuntut mahasiswanya untuk memiliki kualifikasi mengajar sebelum lulus.

Menurut salah satu Dosen PBI UMY Jati Suryanto, S.Pd. Dipl. TESOL., Prodi PBI UMY tahun ini menargetkan 20% dari mahasiswanya memiliki pekerjaan sebagai staf pengajar setidaknya di bimbingan-bimbingan belajar. Saat ini, 10 dari 72 orang mahasiswa PBI UMY telah terdaftar sebagai staff pengajar di beberapa bimibingan belajar di Yogyakarta. Jika dipresentasikan, jumlah tersebut mencapai 13% dari keseluruhan mahasiswa prodi yang baru dibuka tahun lalu ini.

Dalam sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang digunakan PBI UMY, mahasiswa memang diarahakan pada autonomus learning yang menuntut mahasiswa untuk belajar secara mandiri. Hal ini yang diterapkan PBI UMY di setiap perkuliaha. Menurut Jati, kemandirian ini juga dapat diraih dengan langsung mengapliskan ilmu yang didapat. Untuk inilah target ini salah satunya dihadirkan.

Jati selajutnya menjelaskan, untuk mencapai target ini, mahasiswa tidak dapat hanya dibekali hardskill yang didapatkan di kelas. Untuk menjadi seorang pengajar, seseorang juga diharapkan memilkisoftskill. Terlebih saat lulus dan bekerja secara penuh, kemampuan berkomunikasi, menghadapi dan bekerjasama dengan orang serta hal lain merupakan kemampuan-kemampuan yang juga perlu didukung selama perkuliahan. “Salah satunya dengan mengadakan pelatihan Bridging Course for Softskill untuk seluruh mahasiswa kita”, sambung Jati.

Pelatihan “Bridging Course for Softskill” dijelaskan Jati merupakan sebuah pelatihan yang diadakan PBI UMY untuk menanamkan nilai-nilai yang perlu dikembangkan ketika hidup di masyarakat. Hal ini sehingga dapat mengintegrasikan hardskil dan softskill yang ada. Pelatihan ini akan diadakan berkelanjutan hingga semester 6 dengan materi yang beragam. Pelatihan pertama yang telah diselenggarakan Rabu-Kamis (5-6/4) lalu misalnya, mengangkat materi Achievement Motivation Training dan 7 Habit of Highly Effect People.

Menurut Jati yang secara langsung menjadi trainer pelatihan ini bersama Ketua Prodi PBI UMY, Endro Dwi Hatmanto, S.Pd., M.A., motivasi diberikan di awal pelatihan dengan maksud membentuk kebiasaan berprestasi pada mahasiswanya. Dalam mencapai kebiasaan berprestasi ini Jati menyebut pengetahuan, kemampuan, dan sikap serta mental sebagai kunci. “Motivasi itu kunci awal sebelum seseorang memperoleh pencapaian lain”, jelasnya.

Sementara dalam 7 Habit of Highly Effect People, Jati mengemukakan bahwa 7 kebiasaan positif ini dilatih agar mahasiswa dapat melepaskan diri dari sifat ketergantungan. Sifat independen ini diharapkan Jati dapat membuat mahasiswa memiliki kebebasan dalam merespon setiap kondisi sosial. “Kalau dalam Islam kita mengenal istilah kesalehan individu dan sosial. Kebiasaan ini misalnya sikap proaktif, memulai dengan tujuan, penentuan prioritas hingga pada akhirnya harus tetap mengasah kemampuan.”, jelas Jati.

Pada akhirnya Jati menjelaskan, baik perkuliahan maupun pelatihan yang ada secara berkelanjutan dapat membentuk mahasiswa PBI mencapai tujuan awal dibentuknya PBI di UMY. PBI UMY dibentuk dalam rangka menghasilkan pendidik Bahasa Inggris yang berkualitas, baik guru, dosen, maupun  staf pengajar di bimbingan-bimbingan belajar. Selain itu Jati juga mengharapkan para mahasiswa juga dapat menjadi pegawai-pegawai dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai modal. “Kita juga mengajarkan mereka untuk menjadi entrepreneur di perkuliahan. Harapannya bisa saja hingga mendirikan bimbingan belajar Bahasa Inggris sendiri”, harapnya.

Share This Post

Berita Terkini