Berita

Perubahan Musim yang Tidak Menentu, Pengaruhi Pertanian di Daerah Tropis

IMG_1210

Daerah tropis merupakan daerah yang sangat cocok untuk perkembangan pertanian, dibandingkan dengan daerah lain di dunia. Hal tersebut dikarenakan daerah tropis memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau, sehingga dengan keadaan iklim yang seperti itu dapat diatur kapan musim tanam yang baik untuk tanaman pertanian, dengan harapan dapat menghasilkan produk pertanian yang memuaskan. Namun yang disayangkan, karena perubahan musim yang tidak teratur di daerah tropis, menyebabkan pertanian di daerah tropis kalah saing dengan pertanian di daerah subtropis, maupun daerah lainnya. Seperti halnya yang terjadi di Thailand, jumlah curah hujan yang rendah pada musim penghujan menyebabkan tidak mencukupi tampungan air untuk pertanian sepanjang tahun, selain itu kualitas air yang buruk di kolam penampungan juga mempengaruhi kualitas pertanian di daerah tropis, khususnya di Thailand. Hal tersebut diungkapkan Dr Arunee Promkhambut, selaku dosen Khon Kaen University Thailand, pada Selasa (1/12) dalam acara Internasional Seminar and Summer School of Tropical Farming (ITFSS) yang diselenggarakan oleh Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Produksi pertanian di daerah tropis tidak stabil, salah satu penyebabnya yaitu pada musim panas, tampungan air hujan yang tersedia tidak dimanfaatkan oleh para petani dengan maksimal. Hal ini menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan ketika musim panas, dengan keterbatasan air untuk melakukan pengairan pertanian, sehingga menyebabkan produksi pertanian yang tidak memuaskan, bahkan jumlah produksinya pun mengalami penurunan. “Karena itu, butuh penanganan air yang baik untuk daerah tropis jika tidak ingin kalah saing dengan kualitas produksi di daerah-daerah subtropis dan daerah lainnya. Padahal seharusnya, daerah tropis yang memiliki dua musim ini dapat memanfaatkan musim tersebut untuk produksi pertanian yang berkualitas dan maksimal, namun kenyataannya bertolak belakang,” ungkap Dr Arunee.

Hal senada juga diungkapkan Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc, dosen pertanian UGM, Prof. Edhi mengungkapkan, daerah pertanian sekitar 40-45% di dunia adalah di tanah tropis, sehingga pertanian di daerah tropis cukup membawa pengaruh terhadap pertanian di dunia. Namun yang disayangkan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi sehingga menyebabkan kualitas pertanian di tanah tropis tidak sebaik di daerah subtropis dan daerah lainnya. Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kondisi tersebut yaitu perubahan musim di daerah tropis yang tidak menentu.

Karena itu, menurut Prof. Edhi, ada berbagai hal yang dapat dilakukan oleh petani dan juga masyarakat yang berada di daerah tropis untuk menghadapi perubahan musim yang dapat berubah-rubah tersebut yaitu, dengan menggunakan sumber daya yang ada secara bijaksana dan efisien, pengurangan gas rumah kaca, dan menggandakan pangsa sumber daya terbarukan dari energi primer untuk pembangkit listrik. “Jangan hanya laju pertumbuhan pembangunan saja yang ditingkatkan. Tapi laju pertumbuhan lahan pertanian juga sudah seharusnya lebih ditingkatkan lagi. Karena pada dasarnya dengan meningkatnya populasi dunia, aspek yang dapat mempengaruhinya adalah bidang pertanian. Karena tidak ada aktivitas manusia lainnya sejauh ini yang mampu memberi makan populasi dunia, selain melalui bidang pertanian,” ungkapnya.

Terlepas dari hal tersebut, seperti diungkapkan Chandra Kurnia Setiawan, SP, M.Sc, selaku Ketua Acara ITFSS mengungkapkan, terselenggaranya Internasional Seminar dan Summer School tersebut merupakan bentuk dukungan internasionalisasi UMY sebagai kampus berstandar World Class University. Untuk tema yang diangkat pada acara tersebut yaitu terkait dengan Tropical Farming, tujuan diangkatnya tema tersebut untuk melihat lebih jauh dampak dan faktor yang mempengaruhi daerah-daerah Asia sebagai daerah tropis terhadap perkembangan kualitas dan kuantitas pertaniannya. “Kita ketahui Indonesia merupakan salah satu daerah tropis, sehingga terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan yang mempengaruhi hal tersebut terhadap kondisi pertanian di daerah tropis, yang salah satunya yaitu musim yang dimiliki daerah tropis hanya dua, yaitu musim panas, dan musim penghujan,” ungkapnya.

Dalam kegiatan summer school ITFSS tersebut diikuti oleh 5 negara di Asia, yaitu terdiri dari negara Thailand, Malaysia, Korea Selatan, China, dan juga Indonesia. Acara tersebut akan berlangsung mulai dari tanggal 1 hingga 9 Desember 2015 di UMY. (adam)

Share This Post

Berita Terkini