Berita

Pemenuhan Kecerdasan Holistik Pada Siswa Perlu Dimaksimalkan

Pada era globalisasi ini tantangan lembaga pendidikan tidaklah ringan, termasuk dalam kenteks ini, tantangan terhadap lembaga pendidikan Islam. Tentunya dampak dari era globalisasi ini juga menuai hal negatif, lembaga-lembaga pendidikan Indonesia masih dihantui oleh persoalan karakter siswa yang memprihatinkan seperti kekerasan, bolos, tawuran, peredaran narkoba, hingga isu LGBT. Oleh karena itu lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, baik itu pesantren, sekolah, madrasah, maupun sekolah-sekolah Islam memiliki tanggung jawab yang sama untuk menyiapkan siswa yang berkarakter kuat dan siap bersaing dengan siswa-siswa negara ASEAN. Namun faktanya lembaga pendidikan di Indonesia masih menyisakan persoalan karakter siswa, salah satu penyebab dari masalah ini adalah belum maksimalnya pemenuhan kecerdasan holistik yang diajarkan lembaga pendidikan kepada siswa.

Hal tersebut disampaikan oleh Sutarman dalam sidang disertasinya yang diselenggarakan pada selasa (31/07) di ruang sidang gedung pascasarjana lantai 4 kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). “Indonesia seharusnya mampu memberi pencerahan terhadap siswa secara komprehensif (holistik), yang meliputi empat kompetensi yaitu spiritual, afektif, pengetahuan atau kognitif, psikomotorik atau keterampilan,” jelas Sutarman. Berdasarkan hal tersebut Sutarman memutuskan untuk menetapkan “Pendidikan Kecerdasan Komprehensif (Studi Fenomenologi pada Siswa Program Multilingual di Madrasah Mu’amalimaat Muhammadiyah Yogyakarta” sebagai judul disertansinya. “Dipilihnya Program Multilingual Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah sebagai objek penelitian saya dikarenakan ada keunikan pada madrasah ini yang merupakan madrasah unggulan nasional. Dan termasuk sekolah pionir khusus kaum perempuan yang berdiri dan dirintis oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1918 yang tetap eksis hingga saat ini,” ungkap Sutarman.

Sutarman menjelaskan penelitian yang bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini memfokuskan pendidikan holistik menjadi empat kecerdasan yaitu kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan daya juang (AQ), dan kecerdasan intelektual (IQ). Sedangkan dalam perspektif Al-Qur’an makna cerdas adalah sebagai sosok yang selalu ingat kepada Allah di waktu berdiri, ketika duduk, dan berbaring sembari memikirkan (tafakur) tentang penciptaan ruang angkasa dan bumi (Qs Ali Imran (3) [190-191]). “Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa suatu pendidikan yang menanamkan 4 potensi kecerdasan utama siswa yang meliputi SQ, EQ, AQ, dan IQ secara integrasi di madrasah dan asrama dapat membentuk peserta didik cerdas holistik. Hal ini terbukti dengan adanya perubahan nilai-nilai karakter siswa berupa tertanamnya nilai-nilai religiusitas intrinsik, tumbuhnya nilai-nilai sosial, tertanamnya sikap tangguh ulet dan sabar, juga meningkatnya kemampuan berpikir logis yang dijiwai oleh nilai keimanan, hingga meningkatnya prestasi akademik pada siswa Program Multilingual Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah Yogyakarta,” jelas Sutarman.

Dari penelitianya ini Sutarman memiliki tujuan untuk dapat memberikan kontribusi terhadap khasanah ilmu pengetahuan, kontribusi terhadap pengembangan secara teoritis maupun bermanfaat secara praktis. Terutama terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pola pendidikan kecerdasan komprehensif yang mengasah SQ, EQ, AQ, dan IQ siswa pada program multilingual di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. ” Meskipun belum menawarkan teori baru, namun diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi keilmuan dan menjadi acuan terhadap peningkatan sumber daya manusia yang cerdas secara holistik pada era ini. Saya juga berharap penelitian ini dapat memperkaya khasanah pendidikan di indonesia, dan bermanfaat sebagai bahan referensi dalam kajian bidang pendidikan Islam. Di samping itu dalam skala luas hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan dan solusi terhadap munculnya berbagai persoalan kenakalan remaja, merosotnya akhlak kharimah, perilaku klithih, dan tawuran,” ungkap Sutarman

Disertasi Sutarman yang berjudul Pendidikan Kecerdasan Komprehensif (Studi Fenomenologi pada Siswa Program Multilingual di Madrasah Mu’amalimaat Muhammadiyah Yogyakarta ini berhasil membuat Sri Atmaja P. Rosyidi, Msc.Eng selaku ketua sidang juga Prof. Dr. Heru Kurnianto T., MBA., Dr. Tasman Hamami, M.A., Dr. Muhammad Anis, M.A., Dr. Muh. Samsuddin, M.Pd., dan Dr. Abd. Madjid, M.Ag., memutuskan Sutarman lulus dengan predikat sangat memuaskan sehingga hal ini membuat Sutarman menjadi lulusan ke-45 dari Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam. (pras)

Share This Post

Berita Terkini