Berita

Pelayanan Kesehatan Primer Perlu Ditingkatkan untuk Kurangi Angka Kematian Ibu

IMG_2202Indikator kesehatan Ibu di Indonesia hingaa saat ini masih rendah. Sesuai data SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) tahun 2012, angka Kematian Ibu saat hamil, bersalin dan nifas secara nasional adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, untuk mendukung peningkatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), fasilitas pelayanan kesehatan primer harus ditingkatkan untuk menjalankan fungsinya sebagai Gate Keeper dengan menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif.

Hal tersebut yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, dr. Anung Sugihantono, M.Kes dalam seminar nasional ‘Update of Maternal Health in Primary Care’ yang diselenggarakan oleh dokter muda UMY sebagai rangkaian acara dari Sumpah Dokter ke-47, pada Sabtu (16/01) di Sportorium UMY. Pelayanan kesehatan primer yang bisa dijalankan secara maksimal, tentunya juga dapat membantu mengurangi angka kematian ibu. Karena upaya pencegahan untuk mengurangi angka kematian ibu itu bisa dilakukan dengan pelayanan kesehatan primer tersebut. “Di samping fungsi manajerial, fasilitas pelayanan kesehatan primer berfungsi sebagai gate keeper. Peran gate keeper tersebut adalah menyelenggarakan kesehatan dasar masyarakat melalui pelayanan kesehatan dasar berdasarkan kompetensi dan kewenangannya,” jelas dr. Anung. Selain itu, fungsi gate keeper yang dimaksud juga mencakup pada mengatur pelayanan kesehatan lanjutan melalui sistem rujukan, penasehat dan konselor. Pelayanan kesehatan juga diharapkan menjadi pendidik untuk mewujudkan keluarga sehat dan sebagai manajer sumber daya.

“Dengan demikian, fungsi dokter di layanan primer sebagai gate keeper adalah kontak pertama pasien, penapis rujukan serta sebagai kendali mutu dan biaya,” tambah dr. Anung. Apabila seorang dokter di layanan primer berhasil mengelola masalah kesehatan pasien dengan baik berarti 85 persen kasus dapat ditangani di layanan primer. Dan dengan begitu juga dapat menekan angka kematian, dan menekan belanja obat APBN, sehingga menjadi Cost Effective, status kesehatan meningkat, dan kepuasan pasien pun meningkat.

Dalam seminar tersebut, dr. Anung juga membahas tentang Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Jika MDGs (Millenium Development Goals) memiliki 8 goals, 18 target dengan 63 indikator, maka SDGs mempunyai 17 goals, 169 target dengan lebih dari 220 indikator. dr. Anung menjelaskan bahwa tantangan terbesar dalam pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah reformulasi konsep pembangunan yang terintegrasi dan penempatan kesehatan sebagai satu rangkaian proses manajemen pembangunan yang meliputi input, process, output, outcome dan impact pembangunan serta memahamkan bersama akan substansi pembangunan kesehatan yang harus dilaksanakan bersama di era desentralisasi dan demokratisasi saat ini.

“Dalam bidang kesehatan, program yang diusung untuk mewujudkan SDGs adalah Program Indonesia Sehat dengan 3 pilar yakni paradigma sehat, pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional,” tutur dr. Anung. Paradigma sehat merupakan sebuah pendekatan yang mengedepankan konsep promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan dan menempatkan kesehatan sebagai input dari sebuah proses pembangunan. Sedangkan pilar kedua adalah Pelayanan kesehatan yang dilakukan dan diarahkan untuk peningkatan Akses dan mutu pelayanan. Dalam hal pelayanan kesehatan primer diarahkan untuk upaya pelayanan promotif dan preventif, melalui pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan baik dalam tatanan tata kelola klinis, tata kelola manajemen dan tata kelola program. “Sedangkan pada pilar ketiga yakni Jaminan Kesehatan Nasional, negara bertekad untuk menjamin seluruh penduduk dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia dalam pelayanan kesehatannya,” ungkap dr. Anung.

Pada akhir seminar, dr. Anung menyampaikan harapannya kepada UMY sebagai institut pendidikan agar dapat mendukung upaya penurunan angka kematian ibu untuk mewujudkan pembangungan berkelanjutan (SDGs). Upaya tersebut antara lain dengan menghasilkan lulusan yang memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan Ibu dan anak di masyarakat sesuai dengan kewajiban dan kompentensi yang dimiliki. Selain itu juga dengan membina profesionalisme anak didiknya dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak sesuai standar profesi dan kewenangan. Ketiga, UMY juga diharapkan menyesuaikan implementasi kurikulum pendidikan dengan kebutuhan program dan standar nasional. (Deansa)

Share This Post

Berita Terkini