Berita

OSSOF Solusi Tepat Dalam Mengantisipasi Kekerasan Anak Dan Perempuan

Kementrian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia bekerjasama dengan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yoggyakarta menyelenggarakan workshop pada Kamis (14/9) di Gedung A.R Facharuddin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY. Kerjasama tersebut bertujuan untuk mendiskusikan tentang bagaimana Peran Tridharma Perguruan Tinggi dalam Melaksanakan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Khususnya di Indonesia.

Mengangkat tema “One Student Save One Family (OSSOF)” para peserta diajak untuk membagikan pengalaman dan menyampaikan penemuan dalam penelitian terkait isu sosial. Peserta juga berpartisipasi dalam mendiskusikan isu-isu terkait yang saat ini berkembang di masyarakat seperti kekerasan anak, kejahatan seksual, tawuran dan penyalahgunaan NAPZA di kalangan remaja.

Dra. Meydian Werdiastuti selaku Asisten Deputi Partisipasi Organisasi Keagamaan dan Kemasyarakatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa kegagalan atau ketidakberfungsian keluarga dalam memberikan pengasuhan kepada anggota keluarga seringkali terjadi di sebagian besar keluarga di Indonesia. “Berdasarkan penelitian KPAI, 70 persen orangtua belum mampu mengasuh anak mereka dengan menggunakan metode yang cocok jaman sekarang. Cara mengasuh yang diterapkan para orangtua kepada anaknya seringkali hanya menerapkan apa yang diperolehnya sejak kecil, tanpa mempelajari perubahan jaman. Saat ini hanya 30 persen orangtua yang memberikan pendidikan mental, seperti menanyakan persoalan sosial mereka, soal hobi, permasalahan dengan teman, status media sosial, bahkan soal reproduksi. Untuk itu saya mengaharapkan program One Student Save On Family (OSSOF) ini bisa mengantisipasi maraknya kekerasan pada anak, tindakan diskriminatif terhadap perempuan, seperti perdagangan orang, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan dan kejahatan seksual. Maka peran mahasiswa sangat dibutuhkan karena mahasiswa memiliki idealisme yang tinggi serta kepekaan sosial terhadap situasi sekelilingnya,” ujar Meydian.

DR. Louisa A. Langi, MSI, MA selaku narasumber dalam acara OSSOF menuturkan bahwa mahasiswa harus mengumpulkan kredit poin pada bidang kegiatan non-kurikuler sebelum mahasiswa tersebut menyelesaikan masa studinya. “Untuk menunjang pengimplementasian OSSOF mahasiswa harus mempunyai pusat studi serta mitra seperti organisasi wanita maupun lembaga kemasyarakatan lainnya. Selain itu faktor yang harus diperhatikan juga yaitu mengidentifikasi keluarga beresiko, keadaan gizi dalam keluarga, mengidentifikasi keluarga yang terkena penyakit serta mengidentifikasi kekerasan keluarga dalam rumah tangga,” tandas Louisa.

Hal senada disampaikan DR. Ir. Arianti Ina Restiani Hunga, MSI selaku narasumber, ia menuturkan, OSSOF memiliki tujuan yaitu meningkatkan peran Perguruan Tinggi dalam memperbaiki kondisi ketahanan keluarga, perempuan dan anak. “Pemahaman dan komitmen merupakan hal yang penting untuk ditanamkan kepada keluarga sehingga bisa memuculkan solusi pada persoalan perempuan dan anak. Kontribusi perguruan tinggi, komunitas juga perlu mendukung dalam menciptakan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, serta ketahanan keberlanjutan keluarga (khususnya keluarga rentan dan miskin). Serta diharapkan terciptanya suatu model intervensi program dan kegiatan pelibatan perguruan tinggi dan mahasiswa, dalam pemberdayaaan perempuan dan perlindungan anak,” tutupnya. (Sumali)

Share This Post

Berita Terkini