Berita

NA Harus Peduli Isu Perempuan dan Anak

IMG_9913

Perubahan teknologi komunikasi yang berlangsung dengan cepat, menuntut masyarakat agar tidak ketinggalan tren. Masyarakat harus mudah beradaptasi dengan mendapatkan informasi melalui internet maupun media online. Seringkali untuk mendapatkan informasi dengan cara yang lebih cepat dan instan, masyarakat memanfaatkan gadget dalam aktivitas pencarian informasi. Namun di sisi lain pula, seringkali media online memberitakan perempuan dan anak dari sisi negatif. Representasi terhadap perempuan secara umumnya, lebih menonjolkan dari sisi biologis tanpa melihat perempuan secara utuh. Hal inilah yang lantas menjadikan Organisasi Nasyiatul Aisyiah (NA) yang merupakan organisasi kaum perempuan diharuskan untuk membangun isu positif di media massa terutama media online terkait isu perempuan dan anak.

Pernyataan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Dr. Trihastuti selaku sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah saat memberikan sambutan pada Sarasehan Komunitas Jurnalis NA, yang diselenggarakan dalam rangka Muktamar NA ke-13. Dalam penyampaiannya, Tri mengatakan bahwa media online seringkali tidak menampilkan perempuan secara utuh seperti sisi kecerdasan maupun peran-peran dan pengetahuan yang dimiliki. “Banyaknya media saat ini merepresentasikan subjek dari penampilan fisik sebagai salah satu cara untuk merebut ruang publik. Jika dilihat dari sisi ini, perempuan seringkali menjadi subjek untuk membangun isu media agar menjaga perhatian pembaca,” papar Tri yang juga salah satu dosen komunikasi di UMY, Kamis (25/8) di ruang Simulasi Sidang Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial & Politik (FISIPOL) UMY.

Tri mengatakan lebih lanjut, isu lain yang saat ini menjadi penting bagi perempuan saat ini yaitu terkait isu pernikahan dini, serta seks pranikah. Namun isu-isu terkait perempuan dan anak kerap tidak terlalu menyita perhatian publik dan perlu dikawal. NA harus mampu menumbuhkan masyarakat untuk peduli terhadap dampak dari pernikahan dini yang saat ini sedang menjadi trending topik media massa. “NA perlu mengawal dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk peduli terkait isu perempuan melalui penekanan pada media. Untuk menumbuhkan itu juga diperlukan kerjasama baik media nasional maupun media asing. Karena media adalah magnet tersendiri yang sangat penting sebagai ruang publik,” jelasnya.

Hal senada dengan juga dikatakan oleh Ratna Puspita selaku wartawan di sebuah media cetak. Ratna mengatakan kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai logika jangka pendek yang menyebabkan pembuat berita terutama berita online cenderung menampilkan informasi sensasional guna menjaga perhatian konsumen berita. “NA harus bertindak sebagai agen perubahan melalui media massa. Terkait dalam hal isu kekerasan seksual yang seringkali menimpa perempuan maupun anak, data statistik kerap menjadi hal yang dilupakan. Padahal data statistik menjadi data penunjang untuk meyakinkan pembaca,” tandasnya.

Ratna menambahkan, organisasi perempuan seperti NA harus sanggup membangun isu yang positif dengan melakukan counter terhadap isu negatif, terutama kaitannya dengan perempuan dan anak. “Organisasi ini selayaknya harus bekerja keras mencerahkan publik dalam sisi perempuan dan anak melalui media massa. Ini karena upaya untuk menumbuhkan kepedulian public hanya dapat digunakan melalui teknologi komunikasi massa,” terangnya. (hevi)

Share This Post

Berita Terkini