Berita

Jaga kebersihan makanan Muktamirin, koki harus bebas jerawat

Makanan tidak hanya enak tetapi harus dipastikan kelayakan dan keamanan makanan yang disajikan serta juga harus sehat. Hal ini bisa dilihat dari proses awal persiapan bahan makanan, juru masak atau koki yang sehat, bebas jerawat dan penyakit serta proses penyajiannya yang harus benar-benar diperhatikan.

Makanan tidak hanya enak tetapi harus dipastikan kelayakan dan keamanan makanan yang disajikan serta juga harus sehat. Hal ini bisa dilihat dari proses awal persiapan bahan makanan, juru masak atau koki yang sehat, bebas jerawat dan penyakit serta proses penyajiannya yang harus benar-benar diperhatikan.

Demikian disampaikan Tim Food Safety bagian dari Tim Kesehatan Panitia Otorita Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), dr. Iman Permana, M.Kes saat menjelaskan kesiapan tim food safety dalam mengantisipasi kebersihan makanan untuk para muktamirin di Kampus Terpadu Rabu (30/6).

Lebih lanjut Iman menjelaskan untuk memastikan para muktamirin akan mendapatkan makanan yang layak, aman dan sehat, tim food safety akan memeriksa makanan yang akan disajikan. “Food safety pada dasarnya keseluruhan pengecekan makanan mulai dari pemilihan bahan makan sampai dengan proses penyajian.”jelasnya.

Pemilihan bahan makan misalnya ikan yang masih segar ciri-cirinya seperti apa, sayuran yang bagus itu bagaimana dan lainnya. “Daging tersebut halal atau tidak, bukan termasuk daging dari ayam tiren maupun sapi glonggongan.”tuturnya.

Proses selanjutnya pada pengiriman bahan makanan, menggunakan tempat terbuka atau terutup. Hal ini berpengaruh karena jika menggunakan temat terbuka akan terkena paparan sinar matahari. Bahan makanan tersebut bisa jadi kena debu maupun bakteri penyakit. Menurutnya penyimpanan yang baik dan bebas dari kuman penyakit ketika makanan tersebut disimpan di bawah suhu 5 derajat atau diatas 65 derajat. “Karena bakteri penyakit dapat hidup berkembang di suhu 5 derajat hingga 65 derajat celcius. Sehingga dalam proses penyimpanan bahan makanan bisa diantara dua pilihan yaitu di bawah 5 derajat atau di atas 65 derajat.”urainya.

Tim food safety ini akan terdiri dari 7 dokter dan perawat yang akan memeriksa makanan sebelum disajikan. Nantinya tim ini akan memeriksa lokasi catering yang digunakan. Untuk memastikan bagaimana proses pemilihan bahan-bahan makanannya, bagaimana proses pengolahannya, bagaimana kondisi koki atau juru masak, serta bagaimana proses penyajiannya.

Terkait dengan juru masaknya, menurut Iman hal ini sangat berpengaruh. Koki harus sehat dan bebas penyakit. Misalnya bebas batuk dan pilek, tidak cacingan atau terkena hephatitis, bahkan koki bukan orang yang berjerawat. “Mengapa berjerawat tidak boleh? Terlebih jika jerawatnya sudah matang. Jerawat seringkali membuat gatal dan secara tidak sengaja orang akan menggaruknya. Jika digaruk bakteri jerawat itu bisa masuk ke dalam kuku dan dapat menyebarkan penyakit ketika tangan tersebut memegang makanan,”urainya.

Untuk memastikan koki atau orang yang memasak tersebut sehat dari penyakit, tim kesehatan akan memeriksanya. Misalnya jika batuk atau pilek kita pastikan dia akan memakai masker dan sudah berobat. Jika mengolah bahan yang sudah matang harus menggunakan sarung tangan plastik yang sekali pakai agar makanan tidak terkena bakteri.

Pada saat penyajian juga akan diperiksa alat-alat yang digunakan untuk penyajian makanan. Misalnya tidak boleh menggunakan piring yang retak. Hal ini dikhawatirkan jika ada piring yang retak, bekas makanan dapat menempel di bagian retakan piring tersebut. Jika tidak bersih mencucinya bagian retakan tersebut juga berpotensi ditempati bakteri. “Dalam membersihkan atau mencuci alat makan harus melalui air yang bertekanan atau air mengalir agar bakteri yang dibersihkan ikut terbawa air. Akan dipastikan adanya air panas serta cukup deterjen atau sabun.”pungkasnya.

Sebelum proses penyajian, tim food safety akan memeriksa atau mencicipi makanan yang sudah matang. Hal ini dilakukan untuk memastikan makanan tidak basi yang bisa saja menimbulkan keracunan. Setiap makanan akan diambil sampel, diberi label dan disimpan. Ini dilakukan untuk mencegah segala sesuatau yang tidak diinginkan, sampel tersebut dapat dijadikan bukti jika ternyata ada makanan yang menimbulkan keracunan.

Ditemui terpisah, Koordinator Sie Konsumsi Panitia Otorita UMY, Alni Rahmawati, SE, MM memaparkan tim konsumsi terdiri dari 105 orang yang akan melayani konsumsi para muktamirin dengan didukung tujuh catering. “Dimana catering akan menyediakan porsi makan sesuai jumlah muktamirin.”urainya

Untuk lokasi makan dibagi menjadi beberapa tempat. Makan pagi dan malam ditempatkan di sekitar lokasi menginap para muktamirin, sedangkan untuk makan siang ditempatkan di lokasi yang sama yaitu di plasa lapangan bintang bintang lantai dasar.

“Proses pengambilan makanan tersebut, para muktamirin akan mendapatkan kartu makan, dimana kartu makan tersebut akan ditandai sesuai waktu pengambilan makan. Misalnya kartu tersebut disobek oleh tim komsumsi yang akan berjaga-jaga di lokasi makan.”tambahnya.

Tim konsumsi itu sendiri akan bertugas untuk persiapan pengadaan barang di ruang konsumsi, ruang transit, ruang cuci, memastikan jumlah kursi dan lainnya. Selain itu tim konsumsi juga akan mencatat permasalahan-permasalahan yang mungkin saja terjadi di lokasi konsumsi. Setelah dicatat kemudian akan dikoordinasikan, dicari solusinya agar permasalahan yang terjadi tersebut dapat diatasi dengan segera. “Harapannya kami dapat melayani para muktamirin dengan memuaskan. Khususnya dalam hal konsumsi,”tandasnya.

Share This Post

Berita Terkini