Berita

Dosen Harus Tahu Apa Yang Mereka Bentuk

Dosen harus tahu apa yang akan mereka bentuk. Perkuliahan bukan hanya sekadar menghasilkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tinggi, tapi bagaimana mencetak sarjana dengan nilai-nilai ke-Islaman. Kalau mencetak dokter, maka bagaimana agar menjadi dokter dengan karakter yang Islami. Dengan visi dan misi yang berbeda di masing-masing Perguruan Tinggi, seharusnya profil sarjana yang dihasilkan pun berbeda. Kalau sama saja, artinya ada yang salah.

Hal ini disampaikan oleh Dr. Ir Gunawan Budiyanto, Pakar KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, saat menjadi pemateri dalam acara “Pelatihan Peningkatan Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi”, Senin (13/2) di Kampus Terpadu UMY.

Dalam acara yang diikuti oleh seluruh dosen baru UMY ini, Gunawan menjelaskan bahwa tujuan pendidikan UMY adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi. Kompetensi ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. “Belajar bukan hanya persoalan mentransfer informasi. Bukan juga hanya sekedar memberi materi, lalu keluarlah nilai A, B, C, dan seterusnya setelah ujian. Tapi bagaimana agar lulusan memiliki sejumlah keahlian dan dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang pekerjaan tertentu. Jadi bukan hanya ijazah,” ungkapnya.

Menurut Gunawan, ada empat hal yang harus dipertimbangkan dan diselaraskan dalam hal kurikulum terkait sarjana yang akan dihasilkan oleh sebuah Perguruan Tinggi. “Kurikulum harus menyesuaikan visi dan misi Perguruan Tinggi, visi dan misi Program Studi, visi Ilmiah Perguruan Tinggi, serta tuntutan keilmuan dan profesi. Sehingga mahasiswa UMY akan menjadi mahasiswa yang unggul dalam pengembangan iptek, dengan berlandaskan nilai-nilai Islam untuk kemashlahatan umat,” terangnya.

Gunawan juga menambahkan, KBK yang benar, akan efektif untuk membentuk mahasiswa yang pro aktif, yang ke depannya akan menghasilkan sarjana yang akan belajar pengetahuan sepanjang hayat. “Mahasiswa bukan hanya diminta untuk mengerti apa yang disampaikan dosen. Lebih dari itu, mahasiswa seharusnya mampu mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi. Sehingga saat ada jembatan yang miring, mahasiswa Teknik Sipil akan berhenti sejenak dan berpikir, kenapa jembatan tersebut miring. Sehingga hal itu bisa menjadi bahan diskusinya dengan teman-temannya. Tidak hanya belajar di dalam kelas,” tambahnya. (intan)

Share This Post

Berita Terkini