Berita

Budaya yang Menghalangi dan Memberatkan Iklim Investasi Harus Dihilangkan

Untuk menciptakan iklim investasi yang baik bagi kemajuan perekonomian daerah, budaya yang menghalangi dan memperberatkan proses investasi harus dihilangkan. Mudah, murah dan cepat adalah model pelayanan ideal yang berusaha diterapkan oleh Ganjar untuk menciptakan sebuah integritas demi memajukan investasi di daerah Jawa Tengah. Inilah tema yang diangkat dalam kuliah umum “Strategi Pengelolaan Investasi Di Daerah Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” yang diadakan Pusat Studi Hukum Dan Kesejahteraan Sosial bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang dilaksanakan pada sabtu (6/5) di Ruang Sidang KH Ibrahim E7 A lantai 5 UMY dengan Gubernur Jawa Tengah, H. Ganjar Pranowo, S.H, M.IP, sebagai pembicaranya.

Sebagai pemimpin, Gubernur mempunyai tanggung jawab untuk menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah yang menjadi tanggungannya. Menurut Ganjar, untuk mengatasi hal ini di wilayah Jawa Tengah salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan investasi. “Untuk memajukan daerah, kalau hanya mengandalkan APBD (Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah) tidak akan cukup, dana itu hanya habis untuk biaya gaji-gaji. Maka darimana kita mampu meningkatkan ekonomi? Dari investasi. Seperti di Boyolali yang saat ini memproduksi seragam militer untuk negara-negara non-NATO dan seluruh dunia, itu dari investasi,” jelas Ganjar.

Ganjar juga menyatakan jika ada investasi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dan dapat mengatasi pengangguran, maka hal itulah yang akan dia prioritaskan. “Kalau ada investasi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengatasi pengangguran, maka ini akan saya prioritaskan. Saya biasanya akan turun langsung untuk menangani. Misalnya investasi industri. Pengembangan lahan industri di Jawa Tengah menjadi agenda yang mendapat perhatian besar dari pemerintah Jawa Tengah. Untuk menyokongnya berbagai perbaikan dijalankan seperti pengaktifan kembali rel kereta api, ini dilakukan agar logistik manajemen tidak lagi menggunakan truk namun menggunakan kereta dan juga melalui jalur laut supaya proses transpotasinya lebih efisien,” papar Ganjar.

Agar iklim investasi yang baik ini tercipta, rintangan-rintangannya harus dihilangkan. Seperti sistem birokrasi yang berbelit-belit dan juga korupsi. “Target Jawa Tengah untuk bidang investasi adalah 47 Triliun, tapi ini merupakan target provinsi, kabupaten dan kota punya target sendiri. Kepentingannya akan berbenturan di sini, biasanya nanti masalahnya ada pada tata ruang yang berhadapan dengan tata uang,” jelas Ganjar lagi.

Tidak hanya dalam negeri, Ganjar juga berusaha meningkatkan ekonomi dengan melakukan hubungan dagang dengan negara lain. “Saya didatangi oleh Duta Besar Rusia, beliau mengatakan kalau dia membutuhkan kacang, karena konsumsi di sana tinggi. Yang menarik beliau juga ingin memesan papaya dan rambutan, menurut mereka buah itu eksotik. Saya tertarik dan besok agustus saya diundang untuk menghadiri Indonesian Show di sana untuk memamerkan komoditas kita.

Hal senada juga disampaikan Mukti Fajar Nur Dewata, Dr. H., S.H., M.Hum. Dosen Ilmu Hukum UMY. Seorang pemimpin menurutnya harus mampu menjaga kondisi antara investor dan publik. “Dalam memimpin problem dapat muncul kapanpun, bisa berupa problem kebijakan yang bersifat normatif maupun problem teknis dimana pimpinan daerah harus mampu menjaga keseimbangan antara kepentingan investor dan kepentingan publik. Karena apabila berat sebelah akan terjadi ketidaktertiban yang malah akan menghalangi investasi, tanpa investasi, daerah tidak akan tumbuh ekonominya dan apabila terlalu condong ke investor dikhawatirkan akan merusak tatanan sosial yang ada,” pungkasnya. (raditia)

Share This Post

Berita Terkini