Berita

Bawa Nilai Islam, Mahasiswa HI UMY Jadi The Best Speakers di PNMHI XXVI

Dua mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ichtiar Melia Cahyanti dan Sitta Wahyu Qurana berhasil meraih prestasi membanggakan dalam kategori Joint Statement Forum pilar ekonomi ASEAN pada PNMHI ke 26 di UNPAD 16 sampai 21 November lalu. Mengusulkan nila-nilai Islam dalam draft yang disampaikan membuat keduanya keluar sebagai the best speakers pada kategori tersebut mengalahkan dua belas pasangan lain yang bersal dari berbagai universitas se-Indonesia. Prestasi itu menempatkan UMY sejajr dengan UGM dan UI yang keluar menjadi juara pada dua kategori lainnya.

Melia menuturkan, timnya menjadi yang terbaik dalam ajang itu karena mengusulkan ide unik yang tidak tersentuh oleh tim lain. Ide yang diusulkan timnya, lanjut Melia, adalah pembentukan lembaga sertifikasi dan standarisasi di level ASEAN dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mendatang. Menurutnya, secara ekonomi posisi Indonesia akan sangat diuntungkan dengan adanya lembaga tersebut. Sebab Indonesia merupakan negara dengan penduduk tebesar di Indonesia yang sebagaian besar beragama Islam. Indonesia, lanjutnya, saat ini telah memiliki lembaga sertifikasi halal yang standarnya telah diakui negara maju seperti Australia dan Jepang.

“Yang kami ingin tawarkan adalah kita (ASEAN) punya makanan dan minuman halal. DI ASEAN harus ada lembaga yang bisa membuat orang ketika mendengar kata ASEAN langsung tahu makanannya halal,” jelas Melia ketika ditemui di Biro Humas dan Protokol UMY, Sabtu (22/11).

Dengan memiliki kelebihan tersebut produk Indonesia akan lebih mudah menyasar negara lain. Sebab menurutnya sebagaian besar produk Indonesia telah memiliki sertifikat halal dari LPPOM MUI. Keuntungan lain yang didapat Indonesia dengan keberadaan lembaga tersebut adalah, negara yang belum mempunyai lembaga sertifikasi halal tersebut dapat melakukan sertifikasi halal di Indonesia, untuk mendapatkannya tentu ada biaya yang harus dikeluarkan. Sebab standar yang digunakan lembaga sertifikasi halal ASEAN itu adalah standar yang telah ditetapkan MUI. Sehingga menurutnya sangat penting bagi pemerintah RI untuk mengusulkan hal tersebut.

“Keuntungannya adalah kita menjadi tonggak karena sebagaian besar produk kita halal. Australia dan Jepang pun mengadopsi sistem MUI, Bisa dibilang kita kiblatnya,” sambung mahasiswi HI angkatan 2012 itu.

Sementara itu Sitta Wahyu Qurana menambahkan, prestasi yang ia raih saat ini terbilang istimewa. Sebab untuk pertama kalinya Joint Statement Forum dalam PNMHI dilombakan dan UMY meraih terbaik dalam kategori tersebut. Meskipun demikian UMY bukanlah “pemain” baru dalam ajang tahunan tempat mahasiswa HI seluruh Indonesia berkumpul tersebut. Tahun lalu, lanjut mahasiswi angkatan 2013 itu, UMY berhasil keluar sebagai juara dalam kategori Short Diplomatic Course di UI.

Secara keseluruhan yang dinilai dalam ajang tersebut adalah presentasi dan kontribusi dari masing-masing peserta dalam mengamandemen, baik redaksional maupun substansial dalam draft yang menjadi usul mahasiswa HI seluruh Indonesia kepada pemerintah itu. Sitta menuturkan, untuk mengahadapi ajang tersebut ia dan tujuh orang rekannya melakukan persiapan selama tiga bulan bersama dosen dan kakak tingkatnya di HI UMY. Hal itu mampu membuat UMY cukup percaya diri dalam ajang tersebut.

PNMHI ke 26 tahun ini mengangkat ASEAN sebagai tema besarnya yang membahas tiga pilar ASEAN yaitu Politik Kemanan yang dijuarai UI, Sosial Budaya diraih UGM, dan Ekonomi diboyong UMY.

Sedangkan Ganendra Widigdya, delegasi UMY yang turun dalam kategori lain dalam PNMHI tahun ini merasa mendapatkan banyak pelajaran positif ketika mengikuti ajang tersebut. Terutama ia merasa mendapatkan kesempatan untuk mempraktikan kemampuan diplomasi yang wajib dimiliki oleh seorang mahasiswa HI.

Pada PNMHI ke 26 tahun ini UMY mengirim delapan orang mahasiswa HI sebagai delegasi, yakni:
Ichtiar Melia Cahyanti (2012), Sitta wahyu Qurana (2013), siti Widyastuti (2013), Iqbal Dwiharianto (2013), Adhie Putra Perwira (2103), Achmad Yusuf Alkatra (2013), Ganendra Widigdya (2013), dan Galuh Octania P (2013).

Share This Post

Berita Terkini